Thursday, April 29, 2010

Al Manara Mosque





Keberadaanya di sisi syekh Zayed Road south tampak indah dan megah, dengan 5 pintu utama berkaca serta ukiran berwarna coklat sengguh serasi dengan warna dinding putih gading itu,

dengan 1 menara tunggal menjulang tinggi sekitar 45 meter tampak anggun dilatari oleh sebuah kubah besar yang bermotif arab stile serasi dengan warna bangunannya.

begitu kunaiki 3 anak tangga didepan pintunya dapat kurasakan kebersihan marmer hitam dipelatarannya, kumulai memasuki pintu utama yang berada ditengah-tengah ke lima pintu yang ada dapat kuperkirakan luas hamparan permadani berwarna abu-abu bermotif sungguh mempesonakanku.




dengan mewahnya bangunan mesjid ini sangat membuatku takjub melihat ratusan kitab suci umat Moslem didepan samping mihrab yang tersusun rapih berada pada rak-rak tersebut, Imam yang pasih dalam membaca ayat-ayat Al Quran dari surat madinah yang sangat indah membuat sholat Isya yang kujalankan semakin khusyu.

Banyak warga lokal yang melakukan sholat disini terlihat dari pakaian yang mereka kenakan di mesjid yang berdaya tampung kurang leih 900 jemaah ini, jendela yang besar-besar membuat keanggunan mesjid ini begitu elegan, kusempatan mengira-mengira berapa luasnya bangunan indah ini dan berapa daya tampungnya, mungkin sekitar 110 meter2.

Tempat wudlu yang tadi kukunjungi yang luas berada tepat disamping kiri pintu masuk dan tempat sholat untuk akhwat disebelah kanannya menyatu namun terlihat dipisahkan dinding dan memiliki pintu tersendiri....

disamping kanan bangunan utama berdiri pusat perbelanjaan besar yang semua karyawannya berjilbab entah dari negara mana mereka yang terlihat sepertinya dari negara-negara di asia juga indonesia, Jalan besar yang berada disamping kirinya tak membuat terganggunya ketenangan mesjid ini, tempat pasrkir dihalaman depannya terkadang terpakai untuk jemaah yang melakukan sholat jika tak tertampung dalam ruangan di mesjid...



April 15th 2010

Tuesday, April 27, 2010

majalah 1978


Penerbit: Bhayangkari PD IX, Jawa Tengah. Alamat Redaksi: Kantor Bhayangkari Daerah IX, Jln. Pahlawan, Semarang. Pemimpin Umum / Penanggung Jawab: Ibu Ketua Daerah Bhayangkari Daerah IX Jawa Tengah. Penanggung Jawab Redaksi: Urusan Penerangan Pengurus Daerah Bhayangkari Daerah IX Jawa Tengah. Staf Redaksi: Ny. Haryono (Pimpinan); Ny. Suhardjo; Ny. Soedadi. Pembantu Tetap: Koordinator / Ketua Cabang Bhayangkari sedaerah IX Jawa Tengah.

Isinya adalah aneka berita seputar aktivitas Bhayangkari seluruh Jawa Tengah. Juga artikel lain yang dianggap bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan. Nama-nama rubriknya, antara lain, Ruang Santi Aji; Ruang Seni Sastra; Serba-serbi untuk Ibu dan lain-lain.

Majalah yang tampak di blog adalah edisi No. 14/Tahun IV/Juni 1978.

majalah terbit juni 1978


Penerbit: Bhayangkari PD IX, Jawa Tengah. Alamat Redaksi: Kantor Bhayangkari Daerah IX, Jln. Pahlawan, Semarang. Pemimpin Umum / Penanggung Jawab: Ibu Ketua Daerah Bhayangkari Daerah IX Jawa Tengah. Penanggung Jawab Redaksi: Urusan Penerangan Pengurus Daerah Bhayangkari Daerah IX Jawa Tengah. Staf Redaksi: Ny. Haryono (Pimpinan); Ny. Suhardjo; Ny. Soedadi. Pembantu Tetap: Koordinator / Ketua Cabang Bhayangkari sedaerah IX Jawa Tengah.

Isinya adalah aneka berita seputar aktivitas Bhayangkari seluruh Jawa Tengah. Juga artikel lain yang dianggap bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan. Nama-nama rubriknya, antara lain, Ruang Santi Aji; Ruang Seni Sastra; Serba-serbi untuk Ibu dan lain-lain.

Majalah yang tampak di blog adalah edisi No. 14/Tahun IV/Juni 1978.

nama daerah di Jakarta dan asal usulnya

Marunda
Kawasan Marunda sekarang menjadi sebuah kelurahan, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara. Namanya diambil dari nama sungai yang mengalir di situ, yaitu Kali Marunda.
Marunda adalah sebutan setempat bagi semacam pohon mangga yang aroma buahnya wangi menyengat, biasa disebut lembem atau kebembem. Nama ilmiahnya: Mangifera Laurina BI (Fillet 1888:210).
Nama kawasan itu mulai disebut – sebut pada pertengahan di tepi sebelah barat Kali Marunda. Kubu tersebut pada tahun 1664 dipindahkan ke tepi sebelah barat Kali Bekasi, dikenal dengan sebutan Wagt Barangcassi. Dengan keputusan pimpinan VOC di Batavia tanggal 19 September 1747, ditetapkan bahwa di Marunda dibangun lagi kubu pertahanan yang pengurusannya diserahkan kepada Justinus Vinck, Tuan tanah yang antara lain memiliki Pasar Senen, yang sangat berkepentingan untuk menjaga rumah peristirahatannya (Landhuis Cilincing) berikut tanah – tanah di sekitarnya. (De Haan 1911, (II):408).

Matraman
Dewasa ini Matraman menjadi nama sebuah kecamatan, Kecamatan Matraman, Kotamadya Jakarta Timur.
Mengenai asal – usul namanya, sampai sekarang belum diperoleh keterangan yang cukup memuaskan. Pada umumnya memperkirakan kawasan itu dahulu dijadikan perkubuan oleh pasukan Mataram dalam rangka penyerangan Kota Batavia, melalui darat. Tidak mustahil kalau di kawasan itu dibangun kubu – kubu pasukan dari Sumedang dan Ukur (Bandung). Pada waktu Mataram menyerang Batavia, Ukur dan Sumedang merupakan bagian dari Kesultanan Mataram, dan memang diberitakan ikut berpartisipasi.
Prof. Dr. Joko Soekiman dalam disertasinya yang kemudian diterbitkan dengan judul Kebudayaan Indis, menyatakan bahwa. “Di JakartaMatraman merupakan tempat tinggal Tuan Matterman “ (Soekiman 2000:217) tanpa keterangan lebih lanjut mengenai sumbernya.
Dugaan lainnya, nama tersebut adalah warisan pengikut Pangeran Diponegoro, sebagaimana ditulis oleh Mohammad Sulhi dalam Majalah Intisari Juni 2002, dengan Judul Betawi yang Tercecer di Jalan. Dugaan ini mungkin melesat, karena jauh sebelum Perang Diponegoro, pada tahun 1789 Matraman sudah disebut – sebut sebagai milik tuan tanah David Johannes Smith (De Haan 1910, (I):64). Menurut F. de Haan dalam bukunya yang berjudul Oud Batavia, kawasan itu diberikan kepada orang – orang Jawa dan Mataram ( De Haan 1935:67) mungkin setelah Mataram berada di bawah pengaruh Kompeni, menyusul ditandatanganinya perjanjian antara Mataram dengan VOC tertanggal 28 Februari 1677 (Colenbrander 1925:173). Mungkin orang – orang Mataram yang ditempatkan dikawasan itu, adalah mereka yang pada pertengahan abad ketujuhbelas diberitakan berada disekitar Muaraberes sampai di kawasan Karawang (De Haan 1910, 1:262). Di antara mereka mungkin ada yang mempunyai keahlian, sebagai pengrajin barang – barang dari perunggu, atau gangsa, mereka membuka usaha di tempat yang kini dikenal dengan nama Pegangsaan.

Menteng
Merupakan nama daerah yang ada di selatan kota Batavia. Semula daerah ini merupakan hutan dan banyak ditumbuhi pohon buah – buahan. Karena banyaknya pohon Menteng yang tumbuh di daerah ini, maka masyarakat mengaitkan nama tempat ini dengan Kelurahan dan sekaligus juga nama Kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Pusat.
Sejak tahun 1810 wilayah ini telah mulai dibuka oleh Gubernur Jenderal Daendels untuk daerah pengembangan kota Batavia. Kemudian pada tahun 1912 tanah yang ada disekitar kampung Menteng ini dibeli oleh pemerintah Belanda untuk dijadikan perumahan bagi pegawai pemerintah Hindia Belanda.
Sampai sekarang kita dapat menyaksikan peninggalan Belanda di perumahan Menteng. Rumah – rumah ini dibangun dengan konsep rumah Belanda yang dikombinasikan dengan gaya rumah Jawa atau disebut juga dengan konsep Indis ( percampuran gaya rumah Belanda dengan gaya rumah Jawa).
Wilayah Menteng dalam perkembangannya dipertegas lagi dengan membagi – bagi nama Menteng, sehingga terdapat nama kampung lebih kecil didalam kampung yang luas, ada nama Menteng atas, Menteng Dalam, Menteng Pulo dan sebagainya.

Paal Meriam
Merupakan nama tempat yang terletak di antara perapatan Matraman dengan Jatinegara. Asal usul nama tempat ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar tahun 1813. Pada waktu itu pasukan artileri meriam Inggris mengambil tempat di daerah ini untuk posisi meriam yang siap ditembakkan. Pasukan meriam Inggris disiapkan didaerah ini untuk melakukan penyerangan ke kota Batavia. Peristiwa tersebut sangat berkesan bagi masyarakat sekitar daerah itu, sehingga menyebut daerah ini dengan sebutan tempat paal meriam (tempat meriam disiapkan).
Cerita lain menyebutkan bahwa pada waktu Gubernur Jenderal Daendels membuka jalan yang disebut dengan jalan trans Jawa dari Anyer (Banten) ke Panarukan (Jawa Timur), daerah paal meriam ini dipasang patok jalan yang terbuat dari meriam yang sudah tidak terpakai. Masyarakat setempat sering melihat meriam tersebut sebagai patok jalan atau disebut juga paal jalan yang terbuat dari meriam, maka daerah itu disebut dengan paal meriam.

Pajongkoran
Wilayah Kelurahan Koja Selatan, Kecamatan Tanjungpriuk, dan Wilayah Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara, sampai akhir tahun enampuluhan abad ke-20 lalu dikenal dengan sebutan Pajongkoran. Entah apa sebabnya nama itu dihilangkan dan peta – peta yang terbit kemudian.
Kawasan tersebut dikenal dengan nama Pajongkoran, karena dari tahun 1676 sampai tahun 1682 dikuasai oleh Kapten Jonker, seorang kepala pasukan orang- orang Maluku yang mengabdi kepada VOC.
Kata Jonker bukanlah nama diri, melainkan gelaran, yaitu padanaan dari tamaela, gelaran kehormatan di Ambon pada jaman itu. Pada sebuah akte tertanggal 22 Nopember 1664, namanya ditulis JonckerJouwa de Manipa (De Haan 1919:228 – 229).
Tanah seluas itu diberikan sebagai hadiah bagi jasa – jasanyadi berbagai medan perang, seperti di Timor, Srilangka di bawah Van Goens di Sumatera Barat di bawah Poleman, di Sulawesi Selatan di bawah Speelman, di Jawa Timur pada waktu Kompeni “membantu” Mataram memadamkan pemberontakan Pangeran Trunojoyo, di Palembang dan terakhir pada peperangan di Banten, waktu Kompeni “membantu” Sultan Haji melawan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa (De Haan 1935:372). Pada tahun 1682 (Poespo Negoro 1984, (III):71).
Menjelang akhir hayatnya, Jonker merasa disia – siakan disamping mendapat tekanan – tekanan dari pejabat – pejabat Belanda yang tidak menyenanginya, seperti Mayor Isaac de Saint Martin, yang memimpin Kompeni ke Banten, sebelum pasukan yang dipimpin Jonker terlibat dalam peperangan itu. Pada tahun1689, dengan tuduhan akan berbuat makar, tempat kediamannya diserbu, Jonker sendiri menemui ajalnya dengan tragis.
Reply With Quote
mangeben
View Public Profile
Send a private message to mangeben
Find all posts by mangeben
#22
Old 27th November 2007, 18:27
mangeben mangeben is offline
Addict Member

Join Date: Nov 2007
Posts: 148
mangeben is a new comer
Send a message via Yahoo to mangeben
Default
Pancoran
Pancoran terletak di Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari Kotamadya Jakarta Barat.
Pancoran berasal dari kata Pancuran. Di kawasan itu pada tahun 1670 dibangun semacam waduk atau “aquada” tempat penampungan air dari kali Ciliwung, yang dilengkapi dua buah pancuran itu mengucurkan air dari ketinggian kurang lebih 10 kaki.
Dari sana air diangkut dengan perahu oleh para penjaja yang menjajakannya disepanjang saluran – saluran (grachten) di kota. Dari tempat itu pula kelasi- kelasi biasa mengangkut air untuk kapal – kapal yang berlabuh agak jauh dilepas pantai, karena dipelabuhan Batavia kapal tidak dapat merapat. Karena banyaknya yang mengambil air dari sana, sering kali mereka harus antri berjam – jam. Tidak jarang kesempatan itu mereka manfaatkan untuk menjual barang – barang yang mereka selundupkan.
Dari penampungan di situ kemudian air disalurkan ke kawasan kastil melalui Pintu Besar Selatan. Rancangannya sudah dibuat pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Durven (1728 – 1732), tetapi dilaksanakan pada awal masa Van Imhoff berkuasa (1743 – 1750). Dengan demikian maka pengambilan air untuk keperluan kapal menjadi tidak terlalu jauh sampai melewati kota.
Dengan adanya saluran air dari kayu itu, maka di halaman Balikota (Stadhuis) dibuat pula air mancur. Sisa – sisa salurannya masih ditemukan pada tahun 1882, yang ternyata berbentuk balok kayu persegi empat yang dilubangi, disambung – sambung satu sama lain direkat dengan timah (De Haan 1935; 299 – 300).

Pasar Baru
Merupakan nama sebuah pasar yang ada di wilayah Jakarta Pusat. Sebutan nama Pasar Baru, karena pasar ini merupakan pasar yang ada belakangan setelah lingkungan sektor lapangan Gambir dibuka oleh Gubernur Jenderal Daendels. Daerah yang dibangun oleh Daendels sebagai pusat pemerintahan Hindi Belanda yang baru, daerah ini disebut Weltevreden ( tempat yang menyenangkan). Disekitar weltevreden telah ada pasar seperti pasar Tanah Abang dan Pasar Senen. Untuk membedakan satu sama lain, Daendels menyebut pasar itu sebagai Pasar Baru. (Yang baru dibangun).
Lahan sebagai lokasi Pasar Baru telah dibeli oleh Daendels dan telah direncanakan sebagai tempat pembangunan pasar sejak tahun 1821. Pasar ini bertujuan untuk menjual kebutuhan masyarakat Eropa yang bermukim di Weltevreden. Pembangunan Pasar Baru dimulai pada tahun 1821. sejak I Januari 1825, kios (bangunan) yang ada di Pasar Baru mulai disewakan kepada pedagang yang umumnya dari kelompok Cina, India dan Arab.
Pada awal mulanya, hari pasar di Pasar Baru adalah Senin dan Jumat, kemudian berubah menjadi setiap hari karena masyarakat Eropa mulai bertambah banyak. Pengunjung lebih banyak dating ke Pasar Baru dan merupakan kebiasaan masyarakat Eropa yang keluar rumah dengan dandanan ala Eropa melakukan perjalanan dan belanja ke Pasar Baru.

Paseban
Merupakan nama kampung sekaligus nama kelurahan yang ada di wilayah Jakarta Pusat. Paseban berasal dari kata yang artinya tempat berkumpul, yaitu tempat berkumpulnya pasukan Sultan Agung dari Jawa Tengah dalam penyerangan Kota Batavia pada tahun 1628 – 1629. Letak kampung Paseban dekat dengan kampung Matraman yang memiliki sejarah asal – usul yang sama.

Pegangsaan
Pegangsaan dewasa ini menjadi nama kelurahan, termasuk, wilayah Kecamatan Menteng, Kotamadya Jakarta Pusat.
Dalam Majalah Intisari Juni 2002, Mohammad Sulhi menyatakan dugaannya, bahwa Pegangsaan, yang terkenal sebagai tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, “dulunya tempat angon atau pemeliharaan angsa”. Dugaan demikian mungkin saja benar, seperti halnya dugaan lainnya.
Kemungkinan lainnya, kawasan tersebut dahulunya menjadi tempat pengrajin barang – barang dari perunggu, atau gangsa. Tempatnya biasa disebut pegangsan atau pegangsaan. Para pengrajin itu akhir abad ketujuhbelas membuka kawasan Matraman (De Haan 1935:67). Di Kota Bogor, tempat yang dahulunya dihuni oleh orang – orang Jawa pengrajin barang – barang dari tembaga dinamai Paledang, sampai sekarang (Danasasmita 1983:89).

Pasar Rumput
Merupakan sebutan nama pasar yang sekarang lokasinya ada di Jalan Sultan Agung Jakarta Selatan. Pasar ini sekarang telah menyatu dengan pasar Manggarai.Asal mula penyebutannya Pasar Rumput ini berasal dari adanya para pedagang pribumi yang menjual rumput dan sering mangkal dilokasi itu.
Para pedagang rumput terpaksa mangkal dilokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit Menteng. Masyarakat Menteng banyak yang memelihara kuda sebagai sarana angkutan dan masa itu sado merupakan sarana angkutan yang banyak membawa penumpang orang kaya keluar masuk lingkungan Menteng.
Walaupun para pedagang rumput sudah tidak dapat ditemukan lagi di pasar rumput masyarakat Jakarta sangat akrab dengan sebutan nama Pasar Rumput. Kalau di pasar burung kita dapat membeli burung, di pasar buah kita dapat membeli buah, namun di Pasar Rumput kita tidak dapat membeli rumput karena pedagangnya tidak ada yang menjual rumput.

Pasar Boplo
Merupakan nama pasar yang terletak di lokasi pemukiman elit Menteng Jakarrta Pusat. Nama pasar ini berasal dari kata dalam bahasa Belanda bouwploeg yang berarti tempat menjual alat bajak untuk mengolah pertanian. Pada masa lalu pasar ini tempat menjual alat – alat pertanian dan yang paling banyak dijual adalah alat bajak untuk mengolah sawah.
Kata boplo mungkin juga berasal dari sebutan kantor jawatan Pekerjaan Umum masa pemerintahan Belanda yang berada di dekat lokasi pasar. Kantor jawatan pekerjaan umum itu bernama jawatan Bouwploeg yang sekarang kantor itu berubah fungsi menjadi mesjid Cut Mutia

Pasar Genjing
Merupakan sebutan nama sebuah pasar kecil yang sekarang terletak di persimpangan jalan Pramuka dan jalan Utan Kayu di Jakarta Timur. Nama genjing berasal dari sebutan pohon besar yang ada dilokasi pasar.
Bagi masyarakat yang berasal dari Jawa, pohon ini disebut dengan pohon sengon. Sedangkan bagi masyarakat dari suku Sunda pohon ini disebut pohon jeungjing.
Karena sulit menyebut nama pohon ini dengan sebutan dari suku Sunda, maka masyarakat Betawi menyebutnya dengan sebutan genjing.

Pejagalan
Merupakan nama kampung dan sekarang diabadikan menjadi nama jalan Pejagalan di Kelurahan Pekojan, Jakarta Barat. Nama Pejagalan berasal dari kata jagal atau pemotongan hewan. Pada masa lalu di kampung Pejagalan banyak tinggal orang keturunan Arab dan Pakistan. Mereka senang memasak nasi kebuli yang bahan bakunya adalah beras dan daging kambing karena banyak dan seringnya memotong hewan kambing, maka daerah ini disebut dengan kampung Pejagalan.

Petojo
Kawasan Petojo dewasa ini meliputi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Petojo Utara dan Kelurahan Petojo Selatan, termasuk wilayah Kecamatan Gambir, Kotamadya Jakarta Pusat.
Petojo berasal dari nama seorang pemimpin orang – orang Bugis yang pada tahun 1663 diberi hak pakai kawasan tersebut, bernama Aru Petuju. Perubahan dari petuju menjadi petojo, tampaknya lazim di Batavia pada waktu itu, seperti halnya kata pancuran, kemudian diucapkan jadi pancoran.
Beberapa tahun sebelum bermukim di kawasan yang terletak di sebelah barat Kali Krukut itu, Aru (Arung) Petuju bersama dengan Pangeran dari Bone Aru (Arung) Palaka, menyingkir ke Batavia, setelah gagal melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Sultan Hasanuddin dari kerajaan Gowa, yang telah lama dilakukannya. Dengan demikian terjalinlah kerjasama antara Aru(ng) palaka dengan Belanda dalam menghadapi Sultan Hasanuddin. Kerjasama antara dua kekuatan itu berhasil mengakhiri kekuatan Gowa atas Bone. Sultan Hasanuddin terpaksa harus menerima kenyataan, bahwa Belanda akan memegang, monopoli perdagangan di Sulawesi Selatan. (Poesponegoro 1984 (IV):208).
Sebagaimana umumnya tanah – tanah yang semula dikuasai oleh sekelompok orang dibawah pemimpin masing – masing, kawasan Petojo juga kemudian beralih tangan. Pada tahun 1816 kawasan Petojo sudah dimiliki oleh willem Wardenaar, di samping tanah – tanah di daerah – daerah lainnya, seperti Kampung Duri dan Kebon Jeruk yang pada waktu itu biasa disebut Vredelust (De Haan 1910:101).

Penjaringan
Merupakan nama kampung dan sekaligus nama Kelurahan dan nama Kecamatan yang terletak disebelah Utara Pelabuhan Sunda Kelapa. Nama ini berasal dari sebutan tempat yang banyak memproduksi jarring untuk keperluan para nelayan teluk Jakarta.
Cerita lain ada juga yang menyebutkan bahwa nama penjaringan berasal dari tempat yang banyak terdapat jaring - jaring nelayan yang sering di jemur atau jaring yang sedang diperbaiki oleh nelayan. Melihat lokasi ini dekat dengan pantai, maka dua cerita tersebut bias saja menjadi asal – usul kata Penjaringan. Karena luasnya wilayah yang mencakup daerah penjaringan, maka sekarang kita mengenal kecamatan yang bernama Kecamatan Penjaringan.

Petamburan
Merupakan salah satu nama kelurahan yang ada di wilayah Jakarta Pusat. Pada masa lalu rumah penduduk masih jarang dan masih banyak tumbuh pohon jati disekitar daerah ini. Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang menjadikan peristiwa tersebut sebagai cikal bakal nama tempat ini. Peristiwa itu adalah meninggalnya seorang penabuh tambur didaerah ini dan dimakamkan di bawah pohon jati, sehingga nama kampung ini sebenarnya adalah Jati Petamburan.

Pejambon
Pejambon merupakan sebutan kampung yang bersebelahan dengan kampung Gambir. Kampung ini baru ada sejak Daendels membuka daerah ini dengan sebutan kawasan Weltevreden. Kata Pejambon berasal dari singkatan Penjaga Ambon. Penjagaan tersebut berada disebuah jembatan yang melintasi kali Ciliwung dan penjaganya adalah orang Ambon. Setelah dibangunnya gereja Imanuel di lingkungan kampung ini banyak tinggal masyarakat dari golongan nasrani (beragama Kristen) dari suku Ambon, Jawa dan Batak. Sekarang kampung Pejambon termasuk dalam kawasan Kelurahan Gambir.

Pekojan
Merupakan nama Kampung, sekaligus nama Kelurahan yang terdapat di wilayah Jakarta Barat. Pekojan berasal dari kata Koja (Khoja) yang mengacu kepada nama tempat yang ada di India. Penduduk Koja pada umumnya adalah orang India yang senang berdagang, Orang Koja dalam berdagang sekaligus menyiarkan agama Islam.
Karena banyaknya orang India yang umumnya mempunyai pekerjaan berdagang yang bermukim di daerah ini, maka Kampung ini disebut dengan Pekojan atau tempat tinggal orang Koja.

Pluit
Kawasan Pluit yang kini dikenal dengan perumahan mewahnya itu merupakan sebuah kelurahan, Kelurahan Pluit, termasuk wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.
Menurut peta yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau Batavia, 1903, lembar H II dan III, demikian pula pada peta Plattegrond van Batavia, yang dibuat oleh Biro Arsitek di Batavia sekitar tahun 1935, sebutan bagi kawasan itu adalah Fluit, lengkapnya Fluit Muarabaru. Menurut kamus Belanda – Indonesia (Wojowasito, 1978:196), fluit berarti:
1. “suling”; 2. “bunyi suling”; 3. “roti panjang – sempit “.
Rupanya nama kawasan itu tidak ada hubungannya dengan suling, atau pluit semacam pluit wasit sepakbola, atau pluit polisi lalu – lintas. Demikian pula dengan roti panjang – sempit. Ternyata nama kawasan tersebut berasal dari kata fluit, yang lengkapnya: fluitschip, yang berarti “kapal (layar) panjang berlunas ramping”, seperti yang dijelaskan dalam verklarend Handwoordenboek der Nederlandse Taal (Koenoen – Endepols, 1948:281). Sekitar tahun 1660 di pantai sebelah timur muara. Kali Angke diletakan sebuah fluitschip, bernama Het Witte Paert, yang sudah tidak laik laut, dijadikan kubu pertahanan untuk membantu Benteng Vijhoek yang terletak di pinggir Kali Grogol, sebelah timur Kali Angke, dalam rangka menanggulangi serangan serangan sporadis yang dilakukan oleh pasukan bersenjata Kesultanan Banten. Kubu tersebut kemudian dikenal dengan sebutan De Fluit (De Haan 1935:104).
Sebutan Fluit yang berubah menjadi Pluit, ternyata berlanjut sampai dewasa ini, mengingatkan kita pada suasana sekitar pertengahan abad ke-17.

Pondok Cina
Merupakan sebutan nama untuk kampung yang ada di perbatasan Jakarta dengan daerah Depok Jawa Barat. Menurut sejarah nama Pondok Cina berasal dari sebutan tempat tinggal sementara bagi orang – orang Cina yang mengelola tanah pertanian yang ada disekitar Depok. Karena jarak Depok dengan Batavia cukup jauh, maka diperlukan pemondokan sementara bagi pekerja penggarap tanah partiklelir tersebut. Pondokan itu dibangun dilokasi kampung Pondok Cina sekarang.
Kemudian dilokasi pemondokan ini oleh orang Cina dibangun rumah besar yang cukup bagus dan oleh masyarakat disebut dengan Pondok Cina.

Pondok Gede
Merupakan penyebutan wilayah yang ada dipinggiran sebelah Timur Jakarta yang berbatasan dengan daerah Bekasi. Yang tersisa sekarang adalah penyebutan untuk Pasar Pondok Gede. Nama Pondok Gede berasal dari sebuah bangunan besar yang disebut dengan Landhuis. Bangunan Landhuis adalah rumah besar yang terletak dipinggiran kota sebagai tempat tinggal dan sekaligus sebagai tempat pengurus usaha pertanian dan peternakan.
Sekitar tahun 1775 lokasi ini adalah lahan pertanian dan peternakan yang disebut juga dengan anderneming. Pondok Gede adalah milik tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman yang kaya raya. Bangunan pondok gede merupakan satu – satunya bangunan rumah besar yang ada dilokasi tersebut dan bagi masyarakat pribumi sering disebut pondok gede.

Pondok Labu
Kawasan Pondok Labu dewasa ini menjadi sebuah Kelurahan dengan nama yang sama, termasuk wilayah Kecamatan Cilandak Kotamadya Jakarta Selatan.
Nama kawasan itu diambil dari kata majemukondok dan labu. Pondok berarti “gubuk”, atau “dangau – dangau tempat pemondokan atau ‘ tempat penginapan sementara”. Labu adalah nama beberapa macam tanaman merambat, antara lain labu yang bahasa ilmiahnya Lagenaria hispida Ser. Famili Cucurbitaceae, yaitu labu besar yang biasa dimakan (Fillet 1888: 193). Kata majemuk pondok- labu dapat berarti “pondok atau gubuk yang dirambati ( tanaman) labu”
Kawasan Pondok Labu baru disebut – sebut pada tahun 1803 sebagai milik Pieter Walbeck, disamping Cinere dan Lebak Bulus yang pada jaman dulu oleh orang – orang Belanda biasa Simplicitas (baca Simplisitas). Di kawasan Pondok Labu tuan tanah tesebut mempunyai penggilingan padi dan sebuah rumah peristirahatan yang diberi nama Simplicitas (De Haan 1910, (I):103). Pada peta yang dibuat oleh Topographisch Bureau, Batavia 1900, penggilingan padi dan rumah peristirahatan itu terletak tidak begitu jauh dari Kali Pesanggrahan sebelah utara Rempoa.

Pondok Rangon
Merupakan nama kampung yang ada diperbatasan Jakarta dengan Bekasi di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Wilayah Pondok Rangon cukup luas dengan batasnya:
-Sebelah Utara berbatasan dengan markas Hankam Cilangkap
-Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Jagorawi dan
-Sebelah Timur berbatasan dengan Kali Sunter dan Pondok Gede
Asal – Usul nama Kampung Pondok Rangon berdasarkan cerita lisan masyarakat adalah sebagai berikut. Pada masa lalu ada seorang lelaki tua (aki – aki) yang bermukim disuatu tempat dengan seorang nenek – nenek yang ditemukan ditempat tersebut tanpa melalui perkawinan. Bagi masyarakat Sunda menyebut kehidupan kakek nenek itu dengan istilah Rangon. Karena kakek nenek itu tinggal disuatu pondok, maka masyarakat menyebut tempat itu dengan nama pondok rangon

Ragunan
Kawasan Ragunan dewasa ini menjadi sebuah Kelurahan, Kelurahan Ragunan, termasuk wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta Selatan.
Nama Ragunan berasal dari Pangeran Wiraguna, yaitu gelaran yang disandang tuan tanah pertama kawasan itu, Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolehnya dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, yang biasa disebut Sultan Haji, putra Sultan Ageng Tirtayasa.
Menarik untuk disimak, bagaimana seorang Belanda kelahiran Steenwijk, dianugerahi gelar begitu tinggi oleh Sultan Banten, musuh Belanda. Sekilas, rangkaian peristiwanya mungkin dapat digambarkan sebagai berikut.
Pada tahun 1675 dari Banten terbetik berita, bahwa sebagian dari Keraton Surasowan, tempat bertahtanya Sultan Ageng Tirtayasa, terbakar Dua bulan setelah kebakaran itu datanglah Hendrik Lucaasz. Cardeel, seorang juru bangunan, mengaku melarikan diri dari Batavia, karena ingin memeluk agama Islam dan membaktikan dirinya kepada Sultan Banten bak pucuk dicinta, ulam tiba, Sultan sedang membutuhkan ahli bangunan berpengalaman, tanpa dicari dating sendiri. Kemudian Cardeel ditugasi memimpin pembangunan istana, dan kemudian bangunan – bangunan lainnya, termasuk bendungan dan istana peristirahatan si sebelah hulu CiBanten, yang kemudian dikenal dengan sebutan bendungan dan istana Tirtayasa.
Seluruh perhatian sultan Tirtayasa seolah – olah tersita kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Cardeel. Rupanya tidak sedikit pun terlintas dalam pikirannya untuk melakukan suatu gerakan militer ke Batavia, ketika sebagian besar kekuatan Kompeni sedang dikerahkan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam rangka “membantu” Mataram menghadapi Pangeran Trunijoyo, dari tahun 1677 sampai akhir tahun 1681.
Dalam pada itu Sultan Haji terus – menerus mendesak agar dia segera dinobatkan menjadi Sultan. Akhirnya terjadilah perang perebutan tahta antara ayah dan anak. Dalam keadaan terdesak, Sultan Haji mengirim utusan ke Batavia , untuk meminta bantuan Kompeni. Dengan bantuan Kompeni akhirnya Sultan Haji berhasil menduduki tahta Kesultanan Banten, sudah barang tentu dengan keharusan memenuhi segala tuntutan penolongnya, Belanda.
Adapun yang diutus ke Batavia, untuk meminta bantuan itu, tidak lain tidak bukan, adalah Kiai Aria Wiraguna, alias Cardeel. Atas jasanya itu, Cardeel ditingkatkan gelarannya, menjadi Pangeran Wiraguna.
Beberapa tahun kemudian oleh Pangeran Wiraguna Kesultanan Banten terasa sempit, karena semakin banyak yang tidak menyukainya. Pada tahun 1689 Cardeel pamit kepada Sultan, dengan dalih akan pulang dahulu kenegerinya. Tetapi ternyata dia terus menetap di Batavia, kembali memeluk agama Kristen dan menjadi tuan tanah yang kaya raya. Tanahnya yang terluas adalah dikawasan yang namanya sampai dewasa ini mengingatkan kita pada seseorang Belanda jaman VOC yang sangat beruntung, Hendrik Lucaasz Cardeel bergelar Pangeran Wiraguna, yang makamnya oleh sementara orang bangsa Indonesia dikeramatkan (Sumber De Haan 1910, 1911, 1935; Colenbrander 1925, jilid 2).

Rawa Badak
Merupakan penyebutan daerah atau kampung yang terletak dekat pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta Utara. Asal – usul nama Rawa Badak berasal dari penyebutan tempat yang merupakan rawa – rawa yang sangat besar. Daerah ini pada masa lalu merupakan rawa – rawa yang luas, kemudian oleh para pendatang rawa ini diuruk sehingga tanah di daerah ini kering dan layak dihuni.
Rawa Badak berasal dari dua kata yang digabung. Rawa berarti tempat yang selalu basah karena banyak air dan badak berasal dari bahasa Sunda atau Jawa yang berarti besar atau luas. Maka bagi orang Sunda atau orang jawa daerah ini disebut dengan Rawa Badak yang artinya rawa yang luas.

Roa Malaka
Kawasan Rowamalaka, atau Ruamalaka, dewas ini menjadi sebuah Kelurahan, Kelurahan Roamalaka, termasuk wilayah Kecamatan Tambora, Kotamadya Jakarta Barat.
Mengenai asal nama kawasan itu ada dua pendapat. Pertama berasal dari kata rawa dan malaka” sebuah rawa dengan pohon malaka” (Garicinia cornea L. termasuk keluarga Clusiaceae), yang buahnya dapat dimakan. Hal itu masuk akal, karena kawasan tersebut jaman dahulu memang berawa – rawa, sedang pohon malaka dapat tumbuh di dataran rendah.
Keterangan lain menyatakan, bahwa kawasan tersebut dikenal dengan nama Roa – Malaka, karena pernah dijadikan tempat pemukiman orang – orang Portugis yang ditawan di Malaka, setelah kota tersebut pada tamggal 1 Januari 1641 direbut oleh Belanda dari orang – orang Portugis yang menguasainya selama 130 tahun. Sebagian besar orang – orang Portugis yang ditawan ditempatkan di Nagapatman, pantai barat India. Sebagian lagi ditempatkan di Batavia (De Haan 1935:83). Golongan atas dari tawanan perang itu, termasuk mantan Gubernur Malaka Dom Luiz Martin de Chichorro, ditempatkan di Jonkersgracht, yang pada jaman itu terbilang daerah pemukiman elit (J.R. van Diessen 1989:191).
Jonkersgracht kemudian dikenal dengan sebutan Rua Malaka atau Jalan Malaka Rua Malaka lambat – laun berubah pengucapannya, menjadi Roa Malaka. Pada masa pemerintahan Van Der Cappellen (1816 – 1826), Jonkersgratch diuruk (De Haan 1935:205), mungkin karena proses pendangkalannya makin cepat sehingga menimbulkan genangan – genangan air yang menjadi sumber penyakit (De Haan 1935:205).

Salemba
Salemba adalah kawasan antara Jalan Kramat Raya dan Jalan Matraman Raya . Dikawasan Salemba terdapat beberapa nama tempat yang diawali Salemba, seperti salemba Bluntas, Salemba Tengah, Salemba Utankayu, dan Salemba Tanah Padri.
Pada peta abad kesembilanbelas dan peta awal abad ke-20 kawasan Salemba bernama Struyswijk, yang dapat diartikan “kawasan Struys” karena tuan tanah pertamanya, adalah Abraham Struys, seorang mantan pejabat pada Kompeni yang kaya raya. Tanah itu kemudian diwariskan kepada anaknya, Anna Struys yang menikah dengan Joan van Hoorn, seorang pejabat tinggi Kompeni di Batavia.
Menurut Resolusi tertanggal 22 Oktober 1699 kawasan struyswijk menjadi milik Joan van Hoorn, yang menjual sebagian daripadanya.Kepada Domine Kiezenga seharga 5000 Ringgit, termasuk 330 ekor sapid an sejumlah perlengkapan rumah tangga. Bagian yang dibeli Domine tersebut kemudian dikenali dengan sebutan Tanah Padri(De Haan 1910:6,7,13) yang masih tercantum sebagai nama tempat pada peta 1911 yang ditebitkan oleh Topograpisch Inrichting Batavia, Lembar I.IV.

Sampur
Merupakan nama tempat obyek wisata atau tempat melancong masa lalu yang terletak dipiggir pantai sehingga sering disebut dengan pantai sampur. Nama ini berasal dari kata yang diberikan oleh orang Belanda untuk tempat peristirahatan dipinggir pantai zandpoort. Oleh masyarakat pribumi istilah ini dibaca dengan sampur. Untuk masa sekarang kata sampur hampir hilang dari peta kota Jakarta, karena pantai ini telah dikembangkan untuk perluasan pelabuhan peti kemas Tanjung Priuk. Pada masa lalu, pantai sampur ini merupakan obyek wisata pantai yang paling terkenal di Batavia.
Pantai sampur disukai oleh noni – noni dan sinyo – sinyo (sebutan untuk muda – mudi orang Belanda) dan begitu juga masyarakat pribumi, banyak yang berkunjung ke pantai sampur ini. Sebelum pantai Ancol dikembangkan sebagai obyek wisata pantai yang disebut dengan Pantai Bina Ria Ancol, pantai sampur merupakan obyek wisata pilihan utama diteluk Jakarta.

Senayan
Kawasan senayan mulai banyak dikenal sejak di sana didirikan sebuah gelanggang olah raga yang bertaraf internasional dengan nama Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno, yang dibangun awal tahun enampuluhan atas bantuan Pemerintahan Uni Sovyet pada jaman Perdana Menteri Nikita Sergeiwitsj Kruschev. Senayan semakin banyak disebut – sebut setelah dibangun Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.
Pada peta yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau, Batavia, tahun 1902 kawasan Senayan masih ditulis Wangsanajan, atau Wangsanayan menurut EYD. Kata wangsanayan dapat berarti “tanah tempat tinggal atau tanah milik seseorang yang bernama Wangsanaya”. Wangsanayan lambat – laun berubah, menjadi lebih singkat, Senayan.
Tidak mustahil, Wangsanayan tersebut adalah yang dimaksud oleh De Haan, sebagai salah seorang asal Bali, berpangkat Letnan, sekitar tahun 1680 (De Haan 1911:174). Belum ditemukan keterangan lebih lanjut dari tokoh tersebut, demikian pula tentang sejarah yang berkaitan dengan kawasan yang sekarang dikenal dengan nama Senayan itu.
Reply With Quote
mangeben
View Public Profile
Send a private message to mangeben
Find all posts by mangeben
#25
Old 27th November 2007, 18:29
mangeben mangeben is offline
Addict Member

Join Date: Nov 2007
Posts: 148
mangeben is a new comer
Send a message via Yahoo to mangeben
Default
Senen
Kawasan Senen dewasa ini menjadi sebuah Kecamatan, Kecamatan Senen, wilayah Kotamadya Jakarta Pusat.
Nama diambil dari sebutan terhadap pasar yang dibangun oleh Justinus Vinck, di ujung sebelah selatan jalan Gunung Sa(ha)ri, yang dulu bernama Grote Zuiderweg. Di kalangan orang – orang Belanda, pasar tersebut dikenal dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck). Tetapi karena hari pasarnya pada awalnya ditetapkan hanya hari Senin, lalu disebut Pasar Senen. Berkat kemajuan dan semakin ramainya pasar itu, maka sejak tahun 1766 dibuka pada hari – hari lainnya.
Di sebelah timur pasar terdapat rumah – rumah orang Cina. Di belakangnya mengalir terusan yang dinamai Kali Baru. Terusan itu dibuat pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff (1743 – 1750).
Pada awalnya Pasar Senen hanya terdiri atas gubuk – gubuk. Sampai tahun 1815 di sana masih terdapat rumah – rumah dari gedek. Walaupun sudah ada rumah petak dari kayu, tetapi belum ada satu pun rumah tembok. Menurut catatan, pada tanggal 9 Juli 1826, sebagian besar dari bangunan – bangunan pasar itu terbakar. Mungkin sesudah terjadinya kebakaran itu baru mulai dibangun bangunan – bangunan dari tembok (Bahan diambil dari buku karya F. De Haan, Oud Batavia, Bandung 1935).

Srengseng Sawah
Srengseng Sawah dewasa ini menjadi nama sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Sampai tahun tigalpuluhan abad ke-20 kawasan Srengseng menjadi bagian dari wilayah Distrik (Kewedanaan) Kebayoran, Kabupaten Meestercornelis.
Dahulu kawasan tersebut biasa disebut Srengseng saja, tanpa kata sawah. Orang Belanda VOC menyebutnya Sringsing. Mungkin karena di situ banyak dibuka persawahan, maka kemudian disebut Srengsengsawah. Atau, mungkin juga untuk membedakannya dengan Srengseng di Jakarta Barat, yang sekarang menjadi nama kelurahan di wilayah Kecamatan Kebonjeruk.
Srengseng diambil dari nama semacam pandan berdaun lebar, pinggirnyaberduri – duri, Pandanus caricosus Ramph, termasuk famili Pandaneseae. Daunnya bisa dianyam dijadikan tikar atau topi kasar (Fillt 1883, 264). Sampai meletusnya Perang Dunia Kedua produksi tikar dan topi pandan dari Distrik Kebayoran mempunyai nilai ekonomi yang cukup berarti, dapat dipasarkan kedaerah – daerah lain, bahkan ke luar Pulau Jawa ( Tideman 1932:19). Sampai tahun tujuh puluhan abad ke-20 ,Masih banyak penduduk asli Srengseng Sawah dan sekitarnya yang membuat tikar dan topi pandan sebagai usaha sampingan.
Pada tahun 1674 kawasan Srengseng tercatat sebagai milik Karim, anak seorang bekas Kapten Jawa, bernama Citragladak. Kemudian jatuh ke tangan Cornelis Chalestein, tuan tanah kaya rayayang antara lain memiliki tanah partikelir Depok. Di Srengseng ia mempunyai sebuah rumah peristirahatan. (De Haan 1935:340).

Sunda Kelapa
Merupakan sebutan pelabuhan tradisional yang ada di teluk Jakarta. Sebenarnya nama ini awalnya adalah Kelapa. Hal ini dapat di buktikan dengan berita yang terdapat dalm tulisan hasil perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang disebut dengan Suma Oriental.
Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan adalah Kelapa. Karena pada waktu itu wilayah ini dubawah kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut dengan Sunda Kelapa.

Tambora
Kawasan Tambora dewasa ini menjadi sebuah kelurahan, Kelurahan Tambora, termasuk wilayah Kecamatan yang sama Kotamadya Jakarta Barat.
Nama Tambora dari kawasan ini mungkin diberikan oleh orang –orang yang berasal dari Pulau Sumbawa, yang pada tahun 1755 diberitakan dipimpin oleh seorang Kapten. Mungkin komunikasi mereka, yang jumlahnya tidak begitu banyak, kurang mendapat perhatian, kalau saja tidak muncul seorang tokoh yang menimbulkan kekaguman orang – orang Belanda, yaitu Kapten Abdullah Saban. Karena menunjukkan jiwa kepemimpinan yang luar biasa, terutama dalam pertempuran di laut, Pada tahun 1794 dia diangkat menjadi Kepala Kepulauan Seribu (Hoofd over Duizend Eilanden). Pada tahun 1800 ia dianugerahi pedang kehormatan. Pada tahun 1808 oleh Daendels diangkat menjadi Liutenant van de eerste classe bij de Hollandshe Koninglijke Marin (De Haan 1935:375).
Tokoh lain yang perlu dicatat, adalah Haji Mustoyib Ki Daeng yang berjasa membangun Masjid Tambora. Ia adalah orang Cina muslim, asal Makasar, pernah tinggal beberapa lama di Bima, di kaki Gunung Tambora, Sumbawa. Karena suatu sebab, mungkin dituduh menghasut warga setempat untuk melawan penguasa, pada tahun 1755 ia dihukum penjara di Batavia, selama 5 tahun. Setelah bebas ia berniat akan tetap tinggal di Batavia. Sebagai tanda syukur kepada Yang Maha Kuasa, pada tahun 1761 ia membangun sebuah masjid. Untuk mengenang tempat ia ditangkap penguasa, masjid yang dibangunnya itu diberi nama Masjid Tambora (J.R van Diesen 1989:206).
Masjid yang dibangun Mustoyib itu merupakan inti dari keadaannya dewasa ini. Bagiannya yang terletak dipinggir sungai masih menunjukkan bentuk asalnya. Setelah mengalami beberapa kali perbaikan, pada tahun 1980 masjid itu diperbaiki lagi serta diperluas.
Haji Mustoyib dimakamkan di halaman masjid tersebut. Makamnya yang dinaungi bangunan bertiang tembok enam buah, sampai dewasa ini masih terpelihara dengan baik.

Tanah Abang
Kawasan Tanah abang meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat.
Menurut Tota M. Tobing (intisari, Agustus 1985), ada anggapan, bahwa namaTanah Abang diberikan oleh orang – orang Mataram yang berkubu di situ dalam rangka penyerbuan Kota Batavia tahun 1628. Pasukan tentara Mataram tidak hanya datang melalui laut di utara, melainkan juga melalui darat dari selatan. Ada kemungkinan pasukan tentara Mataram itulah yang memberi nama Tanah Abang, karena tanahnya berwarna merah, atau abang menurut bahasa Jawa.
Kemungkinan lain adalah bahwa nama itu diberikan oleh orang – orang (Jawa) Banten yang bekerja pada Phoa Bingham, atau Bingam, waktu membuka hutan di kawasan tersebut. Konsesinya diperoleh Bingam, Kapten golongan Cina, pada tahun 1650 (De Haan, II: 413). Mungkin karena pernah bermukim di Banten sebelum hijrah ke Batavia, seperti Benkon, pendahulunya, Bingam pun akrab dengan orang – orang Banten. Benkon pernah membebaskan wangsa, seorang asal Banten,dari tahanan Kompeni dengan uang jaminan sebesar 100 real, pada tahun 1633 (Hoetink dalam Bijdragen 79, 1923:4).

Tanah Merdeka
Merupakan penyebutan wilayah yang cukup luas di Jakarta Timur Lokasinya sekarang terbentang, antara jalan Raya Bogor, Kelurahan Dukuh, jalan tol T.B Simatupang dan terus ke Selatan kelurahan Rambutan dan kelurahan Ceger. Sekarang yang tersisa adalah nama jalan yang ada dikelurahan Rambutan. Penyebutan nama Tanah Merdeka berasal dari masa penjajahan VOC berkuasa di Batavia. Pada waktu itu bagi tokoh yang berjasa membantu VOC akan diberi lahan tanah di pinggiran Kota Batavia dan tidak dipungut pajak. Mereka yang diberi tanah itu harus mampu menjaga keamanan dan harus membantu VOC dalam segala hal. Tanah yang diberikan kepada orang yang berjasa bagi VOC itu disebut Tanah Merdeka.

Tiang Bendera
Kawasan Tiang Bendera terletak di wilayah Kelurahan Roamalaka, Kecamatan Tambora, Kecamatan Jakarta Barat. Kantor Kelurahannya sendiri, dewasa ini terletak di Jalan Tiang Bendera Utara No.90A.
Nama Tiang Bendera berasal dari tiang bendera yang sehari – hari terpancang di depan rumah Kapten Cina pada pertengahan abad kedelapanbelas, setelah selesainya pemberontakan Cina, tahun 1740.setiap tanggal 1 penanggalan Masehi, mulai tahun 1743, pada tiang bendera itu dikibarkan bendera, untuk mengingatkan warga Tionghoa untuk membayar pajak kepala, sewaan rumah dan sebagainya. Menurut F. De Haan, dikalangan orang –orang Cina di Batavia, tanggal 1 setiap bulan penanggalan Masehi biasa disebut “dag der vlaghijsching”, hari pengibaran bendera.
Demikianlah maka kawasan tersebut dikenal dengan sebutan Kampung Tiang Bendera(sic).
Rumah tempat tinggal Kapten Cina (tidak jelas siapa namanya itu awalnya bukanlah rumah dinas, melainkan rumah milik pribadi, yang dibelinya dari Gubernur Jenderal Baron van Imhoff pada tahun 1743. Pada tahun 1747, setelah kapten itu meninggal, rumah tersebut dikuasai oleh Balai Harta Peninggalan, dan dijadikan rumah dinas Kapten Cina. Mulai tahun 1805 dirumah itu biasa diselenggarakan rapat – rapat Dewan Cina. Dewan tersebut kemudian menempati bangunan tua Belanda di Jalan Tongkongan.

Tugu
Kawasan Tugu dewasa ini dibagi menjadi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Tugu Selatan dan Tugu Utara, termasuk wilayah Kecamatan Koja, Kotamadya Jakarta Utara.
Tugu berupa prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara diperkirakan dibuat pada abad kelima Masehi, ditemukan dikampung Batutumbuh, dijadikan sebutan bagi kawasan tersebut. Prasasti tersebut memberitakan tentang dibuatnya saluran air sepanjang 6122 busur, atau kurang lebih 11 Kilometer, dalam waktu 21 Hari. Hal itu membuktikan bahwa 16 abad yang lalu saluran air di pantai utara kawasan Jakarta dan sekitarnya sudah diperlukan, untuk mengatur pengairan, baik untuk penanggulangan bahaya banjir atau pun untuk pertanian.
Tugu mulai disebut – sebut pada tahun 1661 yaitu tahun ditempatkannya 23 orang Kristen asal Benggala dan Koromandel. Lima belas tahun kemudian. Jumlahnya meningkat menjadi 40 atau 50 keluarga dan ditempatkan seorang guru di sana. Setengah abad kemudian, 1735, dibangunlah sebuah gereja dari tembok, yang pada tahun 1740 dibakar oleh orang – orang Cina yang memberontak. Pada tahun 1744 dibangun lagi gereja baru atas biaya seorang pejabat VOC Justinus Vinck.
Prasastinya sendiri, yang berbentuk bulat hampir menyerupai kerucut, sehingga baris – baris hurufnya dituliskan melingkar, sebanyak 5 baris berhuruf Palawa, dewasa ini disimpan di Museum Nasional Replikanya dapat disaksikan di Museum Sejarah Jakarta, di Taman Fatahillah.

Kampung melayu = Dulunya banyak orang melayu bermukim, terbukti mpe skrg banyak orang arab.

Tegal Parang, Mampang = Konon dulunya banyak orang tegal

PP 60 th 1990

PP 60/1990, PEMBENTUKAN KECAMATAN KELAPA........
Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP)

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 60 TAHUN 1990 (60/1990)

Tanggal: 18 DESEMBER 1990 (JAKARTA)

Sumber: LN 1990/87

Tentang: PEMBENTUKAN KECAMATAN KELAPA GADING DAN PADEMANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA UTARA, KECAMATAN PALMERAH, KALIDERES DAN KEMBANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA BARAT, KECAMATAN DUREN SAWIT, MAKASAR, CIPAYUNG DAN CIRACAS DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA TIMUR, KECAMATAN JOHAR BARU DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT, KECAMATAN PANCORAN, JAGAKARSA DAN PESANGGRAHAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA SELATAN DALAM WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Indeks: PEMERINTAH DAERAH. WILAYAH. Kabupaten/Dati II. Propinsi/Dati I. DKI Jakarta.


Presiden Republik Indonesia,

Menimbang:

a. bahwa mengingat semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan dan pembangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan serta untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, dipandang perlu untuk membentuk 2 (dua) kecamatan di Wilayah Kotamadya Jakarta Utara, 3 (tiga) kecamatan di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat, 4 (empat) kecamatan di Wilayah Kotamadya Jakarta Timur, 1 (satu) kecamatan di Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat dan 3 (tiga) kecamatan di Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan;

b. bahwa sesuai dengan ketentuan REFR DOCNM="74uu005" TGPTNM="ps75">Pasal 75 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah, pembentukan kecamatan harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

Mengingat:

1. Pasal REFR DOCNM="uud45" TGPTNM="ps5(2)"> 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang REFR DOCNM="74uu005">Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

3. Undang-undang REFR DOCNM="90uu011">Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3430);

4. Peraturan Pemerintah REFR DOCNM="78pp025">Nomor 25 Tahun 1978 tentang Pembentukan Wilayah Kota dan Kecamatan Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Negara Tahun 1978 Nomor 38);


MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KELAPA GADING DAN PADEMANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA UTARA, KECAMATAN PALMERAH, KALIDERES DAN KEMBANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA BARAT, KECAMATAN DUREN SAWIT, MAKASAR, CIPAYUNG DAN CIRACAS DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA TIMUR, KECAMATAN JOHAR BARU DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT, KECAMATAN PANCORAN, JAGAKARSA DAN PESANGGRAHAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA SELATAN DALAM WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA.

Pasal 1

(1) Membentuk Kecamatan Kelapa Gading di Wilayah Kotamadya Jakarta Utara, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Pegangsaan Dua;
b. Kelurahan Kelapa Gading Barat;
c. Kelurahan Kelapa Gading Timur.

(2) Wilayah Kecamatan Kelapa Gading sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Koja.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Kelapa Gading, maka Wilayah Kecamatan Koja dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Kelapa Gading sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 2

(1) Membentuk Kecamatan Pademangan di Wilayah Kotamadya Jakarta Utara, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Ancol;
b. Kelurahan Pademangan Barat;
c. Kelurahan Pademangan Timur.

(2) Wilayah Kecamatan Pademangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Penjaringan.

(3) Dengan di bentuknya Kecamatan Pademangan, maka Wilayah Kecamatan Penjaringan dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Pademangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 3

(1) Membentuk Kecamatan Palmerah di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Jatipulo;
b. Kelurahan Kota Bambu;
c. Kelurahan Slipi;
d. Kelurahan Palmerah;
e. Kelurahan Kemanggisan.

(2) Wilayah Kecamatan Palmerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Palmerah, maka Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Palmerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 4

(1) Membentuk Kecamatan Kalideres di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Semanan;
b. Kelurahan Kamal;
c. Kelurahan Kalideres;
d. Kelurahan Tegal Alur;
e. Kelurahan Pegadungan.

(2) Wilayah Kecamatan Kalideres sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Cengkareng.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Kalideres, maka Wilayah Kecamatan Cengkareng dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Kalideres sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 5

(1) Membentuk Kecamatan Kembangan di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Kembangan;
b. Kelurahan Meruya Ilir;
c. Kelurahan Meruya Udik;
d. Kelurahan Srengseng;
e. Kelurahan Joglo.

(2) Wilayah Kecamatan Kembangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Kebon Jeruk.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Kembangan, maka Wilayah Kecamatan Kebon Jeruk dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Kembangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 6

(1) Membentuk Kecamatan Duren Sawit di Wilayah Kotamadya Jakarta Timur, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Klender;
b. Kelurahan Pondok Bambu;
c. Kelurahan Duren Sawit,
d. Kelurahan Malaka Jaya;
e. Kelurahan Malaka Sari;
f. Kelurahan Pondok Kopi;
g. Kelurahan Pondok Kelapa.

(2) Wilayah Kecamatan Duren Sawit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Jatinegara.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Duren Sawit, maka Wilayah Kecamatan Jatinegara dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Duren Sawit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 7

(1) Membentuk Kecamatan Makasar di Wilayah Kotamadya Jakarta Timur, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Cipinang Melayu;
b. Kelurahan Kebon Pala;
c. Kelurahan Makasar;
d. Kelurahan Halim Perdanakusuma;
e. Kelurahan Pinang Ranti;

(2) Wilayah Kecamatan Makasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Kramatjati.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Makasar, maka Wilayah Kecamatan Kramatjati dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Makasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 8

(1) Membentuk Kecamatan Cipayung di Wilayah Kotamadya Jakarta Timur, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Lobang Buaya;
b. Kelurahan Setu;
c. Kelurahan Bambu Apus;
d. Kelurahan Ceger;
e. Kelurahan Cipayung;
f. Kelurahan Cilangkap;
g. Kelurahan Munjul;
h. Kelurahan Pondok Ranggon.

(2) Wilayah Kecamatan Cipayung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Pasar Rebo.

Pasal 9
(1) Membentuk Kecamatan Ciracas di Wilayah Kotamadya Jakarta Timur, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Rambutan;
b. Kelurahan Susukan;
c. Kelurahan Ciracas;
d. Kelurahan Kelapa Dua Wetan;
e. Kelurahan Cibubur.

(2) Wilayah Kecamatan Ciracas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Pasar Rebo.

Pasal 10

Dengan dibentuknya Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Ciracas maka Wilayah Kecamatan Pasar Rebo dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Cipayung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan Wilayah Kecamatan Ciracas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).

Pasal 11

(1) Membentuk Kecamatan Johar Baru di Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Johar Baru;
b. Kelurahan Kampung Rawa;
c. Kelurahan Galur;
d. Kelurahan Tanah Tinggi;

(2) Wilayah Kecamatan Johar Baru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Cempaka Putih.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Johar Baru, maka Wilayah Kecamatan Cempaka Putih dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Johar Baru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 12

(1) Membentuk Kecamatan Pancoran di Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Pancoran;
b. Kelurahan Cikoko;
c. Kelurahan Pengadegan;
d. Kelurahan Rawajati;
e. Kelurahan Kalibata;
f. Kelurahan Duren Tiga.

(2) Wilayah Kecamatan Pancoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Pancoran, maka Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Pancoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 13

(1) Membentuk Kecamatan Jagakarsa di Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Jagakarsa;
b. Kelurahan Ciganjur;
c. Kelurahan Srengseng Sawah;
d. Kelurahan Lenteng Agung;
e. Kelurahan Tanjung Barat
f. Kelurahan Cipedak.

(2) Wilayah Kecamatan Jagakarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Pasar Minggu.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Jagakarsa, maka Wilayah Kecamatan Pasar Minggu dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Jagakarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 14

(1) Membentuk Kecamatan Pesanggrahan di Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, yang meliputi Wilayah:
a. Kelurahan Petukangan Utara;
b. Kelurahan Petukangan Selatan;
c. Kelurahan Ulujami;
d. Kelurahan Pesanggrahan;
e. Kelurahan Bintaro.

(2) Wilayah Kecamatan Pesanggrahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) semula merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Kebayoran Lama.

(3) Dengan dibentuknya Kecamatan Pesanggrahan, maka Wilayah Kecamatan Kebayoran Lama dikurangi dengan Wilayah Kecamatan Pesanggrahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 15

(1) Pusat Pemerintahan Kecamatan Kelapa Gading sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) berada di Kelurahan Kelapa Gading Barat.

(2) Pusat Pemerintahan Kecamatan Pademangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berada di Kelurahan Pademangan Barat.

(3) Pusat Pemerintahan Kecamatan Palmerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berada di Kelurahan Palmerah.

(4) Pusat Pemerintahan Kecamatan Kalideres sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) berada di Kelurahan Kalideres.

(5) Pusat Pemerintahan Kecamatan Kembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) berada di Kelurahan Kembangan.
(6) Pusat Pemerintahan Kecamatan Duren Sawit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) berada di Kelurahan Duren Sawit.

(7) Pusat Pemerintahan Kecamatan Makasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) berada di Kelurahan Makasar.

(8) Pusat Pemerintahan Kecamatan Cipayung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) berada di Kelurahan Cipayung.

(9) Pusat Pemerintahan Kecamatan Ciracas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) berada di Kelurahan Ciracas.

(10) Pusat Pemerintahan Kecamatan Johar Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) berada di Kelurahan Johar Baru.

(11) Pusat Pemerintahan Kecamatan Pancoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) berada di Kelurahan Pancoran.

(12) Pusat Pemerintahan Kecamatan Jagakarsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) berada di Kelurahan Jagakarsa.

(13) Pusat Pemerintahan Kecamatan Pesanggrahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) berada di Kelurahan Pesanggrahan.

Pasal 16

Batas wilayah Kecamatan-kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat ( 1), Pasal 7 ayat ( 1), Pasal 8 ayat ( 1), Pasal 9 ayat ( 1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (1), Pasal 13 ayat (1), dan Pasal 14 ayat (1), dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 17

Pemekaran, penggabungan, penghapusan, perubahan nama, batas kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 8 ayat ( 1), Pasal 9 ayat ( 1), Pasal 11 ayat ( 1), Pasal 12 ayat ( 1), Pasal 13 ayat (1), dan Pasal 14 ayat (1) sepanjang tidak mengakibatkan perubahan batas-batas wilayah kecamatan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 18

(1) Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Segala sesuatu yang berkenaan dengan dan sebagai akibat dari pembentukan 13 (tiga belas) kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diatur oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dengan memperhitungkan kemampuan keuangan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 19

Segala ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pembentukan dan perubahan batas kecamatan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 20

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Desember 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Desember 1990
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

MOERDIONO

--------------------------------

CATATAN

Di dalam dokumen ini terdapat lampiran dalam format gambar.

Kutipan: LEMBAR LEPAS SETNEG TAHUN 1990

Monday, April 26, 2010

Penjelasan LENGKAP : PANGKAT² POLISI

Pembagian Administrasi kewilayahan polisi dari tingkat paling rendah, yaitu:
a. POLSEK: Kepolisian Sektor, membawahkan 1 Kecamatan, dipimpin oleh polisi berpangkat AKP.(Kompol untuk Polda Jaya)
b. POLRES: Kepolisian Resor, membawahkan 1 Kabupaten, dipimpin oleh polisi berpangkat AKBP.(Kombes untuk Polda Jaya)
c. POLWIL: Kepolisian Wilayah, biasanya membawahkan beberapa kabupaten/kota sekaligus, seperti POLWIL SEMARANG. dipimpin oleh polisi berpangkat KOMBES.
d. POLDA: Kepolisian Daerah, membawahkan 1 propinsi, dipimpin oleh polisi berpangkat Brigjen/Irjen (Irjen biasanya untuk daerah stategis)
e. Mabes POLRI: Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, membawahkan seluruh daerah di Indonesia, dipimpin oleh KAPOLRI.

Pangkat Polisi yang paling rendah sekarang adalah BHAYANGKARA DUA ( bharada), tapi itu hanya ada di kesatuan brimob dan mulai ditiadakan karena kurang etis apabila polisi2 yang baru2 keluar dari SEBA (sekolah bintara polisi) langsung maen perintah senior2nya yang pangkatnya bhayangkara.

nah, ini dia:
1. BRIPDA (brigadir polisi dua) lambangnya, setara dengan sersan dua TNI
2. BRIPTU (brigadir polisi satu) lambangnya, setara dengan sersan satu TNI
3. BRIPKA (brigadir polisi kepala) lambangnya, setara dengan sersan kepala TNI
4. BRIGADIR, pangkatnya, setara dengan sersan mayor TNI

sekarang perwira pertamannya:
1. IPDA (inspektur satu polisi) pangkatnya (I) setara sama letnan dua TNI
(baru2 lulusan AKPOL atau Sekolah Calon Perwira)
2. IPTU (inspektur satu polisi) pangkatnya (II) setara sama letnan satu TNI
3. AKP (ajun komisaris polisi) pangkatnya (III) setara dengan kapten TNI
(ini biasanya jadi Kanit di polres2 atau jadi KAPOLSEK)

nah, nyang di atas khan perwira pertama, sekarang perwira menengahnya (biasanya udah ikut SESPIM alias sekolah staf dan pimpinan, kalo di TNI namannya SESKO-sekolah staf dan komando)
1. KOMPOL(komisaris polisi) pangkatnya (*-ini melati, bukan bintang) setara sama MAYOR TNI
2.AKBP (ajun komisaris besar polisi) pangkatnya (**) setara sama Letnan Kolonel TNI.
( biasanya udah jadi kapolres gan)
3. KOMBES( komisaris besar polisi) pangkatnya (***) setara sama KOLONEL TNI,(biasanya jadi kadit-kepala direktorat- di polda2, atau bisa juga jadi Kapoltabes dan Kapolwil)

nah, itu tadi yang pamennya, sekarang perwira tingginya :

1. Brigadir Jenderal (Brigjen), polisi berbintang satu, biasanya jadi Kapolda atau Wakapolda, setara sama Brigjen TNI.
2. Inspektur Jenderal (Irjen), polisi berbintang dua, biasanya jadi KAPOLDA di daerah2 strategis semacam Jakarta Raya. Setara sama Mayor Jenderal TNI.
3. Komisaris Jenderal (Komjen), polisi berbintang tiga, ada sekitar 5 orang, yaitu antara lain yang menjabat sebagai Kepala Bagian Reserse dan Kriminal (KABARESKRIM) dan WAKAPOLRI. ini setara sama Letnan Jenderal TNI.
4. Jenderal, polisi berbintang 4, jelas2 cuma 1 orang jadi KAPOLRI. setara sama Jenderal TNI

Sejarah berdirinya Manchester United

















Klub ini dibentuk pada tahun 1878 dengan nama Newton Heath Lancashire and Yorkshire Railway Football Club (Newton Heath LYR F.C.) oleh para pekerja rel kereta api di Newton Heath. Mereka bermain di sebuah lapangan kecil di North Road, dekat stasiun kereta api Piccadilly Manchester selama lima belas tahun, sebelum pindah ke Bank Street di kota dekat Clayton pada 1893. Tim sudah menjadi anggota Football League setahun sebelumnya dan mulai memutuskan hubungannya dengan stasiun kereta api, untuk menjadi sebuah perusahaan mandiri, mengangkat seorang sekretaris dan membuang nama belakang "LYR" sehingga menjadi Newton Heath F.C saja.





Namun pada tahun 1902, tim nyaris bangkrut, dengan utang lebih dari £2500 dan bahkan lapangan Bank Street mereka pun telah ditutup. Hanya beberapa saat sebelum klub diputuskan untuk dibubarkan, klub tiba-tiba mendapatkan suntikan dana dari J.H. Davies, direktur sebuah perusahaan bir Manchester Breweries. Ceritanya adalah sang kapten tim, Harry Stafford, memamerkan anjingnya pada acara pengumpulan dana untuk klub. Anjing berjenis St. Bernard itu ditaksir oleh Davies dan ia ingin membelinya. Tawaran itu ditolak Stafford dan sebagai gantinya ia menawarkan Davies untuk menginvestasikan uangnya pada klub sepakbolanya sekaligus menjadi chairman Newton Heath FC.



Tawaran itu diterima dan selamatlah Newton Heath dari kebangkrutan. Setelah itu diadakanlah sebuah rapat untuk mengganti nama klub untuk menandai awal kebangkitan klub. Nama ‘Manchester Central’ dan ‘Manchester Celtic’ mencuat untuk menjadi kandidat kuat nama baru sebelum Louis Rocca, seorang anak muda imigran Italia, berkata “Bapak-bapak, mengapa tidak kita pakai nama Manchester United ?” Nama yang diusulkan Rocca disetujui dan secara resmi mulai dipakai pada 26 April 1902. Davies sang chairman baru, juga memutuskan untuk mengganti warna tim dari hijau keemasan menjadi merah-putih sebagai warna Manchester United.


1969–1986
Main article: History of Manchester United F.C. (1969–1986)
Manchester United badge in the 1960s

Following an eighth-place finish in the 1969–70 season and a poor start to the 1970–71 season, Busby was persuaded to temporarily resume managerial duties, and McGuinness returned to his position as reserve team coach. Results improved, but Busby finally left the club in the summer of 1971, by which time it had lost a number of high-profile players, including Nobby Stiles and Pat Crerand.[27]

In June 1971, Frank O'Farrell was appointed as Busby's successor,[28] but he lasted less than 18 months before he was replaced by Tommy Docherty in December 1972. Docherty succeeded in saving Manchester United from relegation that season, only to see them relegated in 1974, by which time the trio of Best, Law, and Charlton had left the club.[25] The team won promotion at the first attempt, and reached the FA Cup final in 1976, but were beaten by Southampton; they reached the final again in 1977, beating Liverpool 2–1. In spite of this success, Docherty was dismissed shortly afterwards following revelations regarding his affair with the club physiotherapist's wife.[29][30]

Dave Sexton replaced Docherty as manager in the summer of 1977, but despite major signings, including Joe Jordan, Gordon McQueen, Gary Bailey, and Ray Wilkins, the team failed to achieve anything of significance; they finished in the top two in 1979–80 and lost to Arsenal in the 1979 FA Cup Final. Lack of success led to Sexton's dismissal in 1981, even though the team won his last seven games in charge.

Sexton was replaced by Ron Atkinson, who immediately broke the British record transfer fee to sign Bryan Robson from his old club, West Bromwich Albion. Under Atkinson, Manchester United won the FA Cup twice in three years – in 1983 and 1985 – and, after 13 wins and two draws in their first 15 matches, were favourites to win the league in 1985–86; however, their form collapsed and they finished in fourth place. Their poor form continued into the following season, and with the club in danger of entering the relegation zone by the beginning of November 1986, Atkinson was dismissed.

Old Trafford

Newton Heath played on a field on North Road from 1878 until moving to Bank Street in Clayton in 1893. When this ground was closed by bailiffs in 1902, club captain Harry Stafford raised enough money to pay for the club's next away game at Bristol City and found a temporary ground at Harpurhey for the next home game against Blackpool.[66]

Six weeks before United's first FA Cup title in April 1909, Old Trafford was named as the home of Manchester United, following the purchase of land for around £60,000. Architect Archibald Leitch was given a budget of £30,000 for construction; original plans indicated that the stadium would hold around 100,000, though this was revised to 77,000 when the budget became stretched. Construction was carried out by Messrs Brameld and Smith of Manchester. At the opening of the stadium, standing tickets cost sixpence, while seats in the grandstand cost up to five shillings.[67] The stadium's record attendance was recorded on 25 March 1939, when an FA Cup semi-final between Wolverhampton Wanderers and Grimsby Town had 76,962 spectators.

Bombing during the Second World War destroyed much of the stadium; the central tunnel in the South Stand was all that remained of that quarter of the ground. After the war, the club received compensation from the War Damage Commission to the value of £22,278 for the reconstruction of the ground, during which time the team played their "home" games at Manchester City's Maine Road ground; Manchester United were charged £5,000 per year, plus a nominal percentage of the gate receipts.[68]

Subsequent improvements included the addition of roofs, first to the Stretford End and then to the North and East Stands. However, the roofs were supported by pillars that obstructed many fans' views, and they were eventually replaced with a cantilevered structure. The Stretford End was the last stand to receive a cantilevered roof, the work being completed in time for the 1993–94 season.[69] First used on 25 March 1957 and costing £40,000, four 180-foot (55 m)-tall pylons were erected, each housing 54 individual floodlights. These were dismantled in 1987 and replaced by a lighting system embedded in the roof of each stand that remains in use today.[70]

The Taylor Report's requirement for an all-seater stadium lowered capacity at Old Trafford to around 44,000 by 1993. In 1995, the North Stand was redeveloped into three tiers, restoring the capacity to approximately 55,000. At the end of the 1998–99 season, second tiers were added to the East and West Stands, raising the capacity to around 67,000, and between July 2005 and May 2006, seating capacity was increased by 8,000 seats with the addition of a second tier to the north-west and north-east quadrants. Part of the new seating was used for the first time on 26 March 2006, when an attendance of 69,070 became a new Premier League record.[71] The record continued to be pushed upwards before reaching its peak on 31 March 2007, when 76,098 spectators saw United beat Blackburn Rovers 4–1, meaning that just 114 seats (0.15% of the total capacity of 76,212) were unoccupied.[72] In 2009, reorganisation of the seating resulted in a reduction of the capacity by 255 to 75,957.[2][73]

Further development could cost up to £114 million, equalling the amount spent on the stadium in the last fourteen years, as the club would have to acquire up to fifty houses and any extension would have to be built over the adjacent railway line. The expansion would likely include adding additional tiers to the South Stand and filling in the South-West and South-East quadrants to restore the "bowl" effect. Estimates project the capacity of the completed stadium at approximately 96,000, more than the new Wembley Stadium.[69]

Sunday, April 25, 2010

Soekarno, Presiden dengan 26 Gelar Honoris Causa






Ada saja alasan mengapa Sukarno harus gemar membaca. Ada saja alasan mengapa Sukarno harus rajin belajar. Dan… ada saja cara Sukarno untuk belajar cepat mengenai segala sesuatu hal.

Didorong ego yang meluap-luap untuk bisa bersaing dengan siswa-siswa bule, Bung Karno sangat tekun membaca, dan sangat serius belajar. Di HBS Surabaya misalnya, dari 300 murid yang ada, hanya 20 murid saja yang pribumi. Satu di antaranya adalah Sukarno. Sekalipun sulit menarik simpati teman-teman sekelas yang keturunan penjajah, setidaknya ada satu dua guru,yang menaruh rasa sayang kepadanya.



Dari simpati gurunya, tak jarang, ia mendapat fasilitas lebih untuk bisa ‘mengacak-acak’ perpustakaan dan membaca segala buku, baik yang ia gemari maupun yang tidak ia sukai. Lantas, manakala problem berbahasa Belanda menghambat rasa haus ilmunya, ia pun sudah punya jalan pintas: Merayu noni Belanda sebagai pacarnya. Berpacaran dengan noni Belanda, adalah cara praktis lekas mahir berbahasa Belanda. Mien Hessels, adalah salah satu pacar Bung Karno yang berkebangsaan Belanda.

Usia belum genap 16 tahun, Bung Karno sudah membaca karya besar orang-orang besar dunia. Di antaranya, ia mengagumi Thomas Jefferson dengan Declaration of Independence yang ditulis tahun 1776. Sukarno muda, juga mengkaji gagasan-gagasan George Washington, Paul Revere, hingga Abraham Lincoln.

Tokoh pemikir bangsa lain, seperti Gladstone, Sidney dan Beatrice Webb juga dipelajarinya. Ia mempelajari Gerakan Buruh Inggris dari tokoh-tokoh tadi. Tokoh Italia? Ia sudah bersentuhan dengan karya Mazzini, Cavour, dan Garibaldi. Tidak berhenti di situ, Sukarno bahkan sudah menelan habis ajaran Karl Marx, Friedrich Engels, dan Lenin. Semua tokoh besar tadi, menginspirasi Sukarno muda.

Penelusuran Bung Karno terhadap karya besar orang besar, tidak pernah berhenti. Alhasil, pernah dalam suatu ketika, saya mendapat copy dokumen barang-barang milik Bung Karno di Istana Negara, yang diinventarisasi oleh aparat negara, sesaat setelah ia digulingkan. Dari ribuan item yang saya cermati, hampir 70 persennya buku. Sisanya: pakaian, lukisan, mata uang receh, satu potong bra dan satu helai sapu tangan wanita…. Ya, harta Bung Karno terbesar memang buku.

Episode kehidupannya yang lain, mengisahkan betapa dalam setiap pengasingan dirinya, baik dari Jakarta ke Ende, dari Ende ke Bengkulu, maupun dari Bengkulu kembali ke Jakarta, bagian terbesar dari barang-barang bawaannya adalah buku. Semua itu, belum termasuk yang dirampas dan dimusnahkan penguasa penjajah.

Apa muara dari kisah ini? Sejatinya hanya untuk memperteguh judul di atas: Presiden dengan 26 Gelar Doktor Honoris Causa. Ya, itulah Sukarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama. Itulah jumlah gelar doktor yang ia terima dari seluruh penjuru dunia, 26 gelar doktor HC, rinciannya, 19 dari luar negeri, 7 dari dalam negeri.

Yang pertama kali memberi gelar doktor kepada Bung Karno bukan perguruan tinggi Indonesia, melainkan Filipina: Far Eastern University, Manila. Sedangkan perguruan tinggi Indonesia pertama yang memberinya gelar doktor HC adalah Universias Gadjah Mada Yogyakarta pada 19 September 1951.

Adapun yang tercatat pertama kali memberinya gelar doktor HC di bidang Ilmu Pengetahuan Teknik adalah Universitas Berlin, pada 23 Juni 1956. Dalam bidang yang sama, disusul Universitas Budapest pada 17 April 1960, selanjutnya barulah almamaternya, ITB pada 13 September 1962.

Catatan menyebutkan pula, Universitas Islam pertama yang menganugerahkan gelar doktor HC buat Bung Karno adalah Universitas Al Azhar, Kairo pada 24 April 1960 dalam ilmu Filsafat. Kemudian, IAIN Jakarta dalam Ushuludin Jurusan Dakwah pada 2 Deember 1963, disusul Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk Falsafah Ilmu Tauhid pada 1 Agustus 1965.

Negara-negara asal perguruan tinggi yang menganugerahkan gelar Doktor HC berturut-turut adalah Filipina, Amerika Serikat, Kanada, Jerman Barat, Uni Soviet, Yugoslavia, Cekoslovakia, Turki, Polandia, Brazil, Bulgaria, Rumania, Hongaria, RPA, Bolivia, Kamboja, dan Korea Utara.

Adapun perguruan tinggi nasional yang memberikan gelar Doktor HC buat Bung Karno adalah: 1). Universitas Gadjah Mada (19 September 1951) dalam Ilmu Hukum; 2). ITB (13 September 1962) dalam Ilmu Teknik; 3). Universitas Indonesia (2 Februari 1963) dalam Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan; 4). Universitas Hasanuddin (25 April 1963) dalam Imu Hukum; 5). IAIN Jakarta (2 Desember 1963) dalam Ushuludin jurusan Dakwah; 6). Universitas Padjadjaran (23 Desember 1964) dalam Ilmu Sejarah; 7). Universitas Muhammadiyah (1 Agustus 1965) dalam Falsafah Ilmu Tauhid.





Sependek pengetahuan saya, Sukarno-lah presiden yang menerima gelar Doktor Honoris Causa terbanyak. Bukan hanya terbanyak, melainkan dari ragam ilmu yang beragam, mulai dari ilmu teknik, sosial kemasyarakatan, hukum, filsafat, agama, dll. Itu adalah satu sisi kehidupan Bung Karno, dari ribuan sisi yang dimilikinya.

Rasyid Centre Mosque






Dengan waktu yang terdesak karena waktu Ashar telah dalam penghujung ku turun dari bis segera menyebrang jalan utama tepat disamping assembly point mall of emirates, dengan menekan tombol lampu lalu lintas guna menyebrang jalan lampu merah yang ada menahanku hingga menanti lampu hijau, setelah tanda menyebrang menyala ku bergegas menyebrang 2 jalur jalan dan kulihat satu bangunan berwarna putih gading khas arab di sebelah timur jalan, ku cari pintu masuk yang berada tepat didepan mesjid dengan terkagum-kagum kumemasuki gerbang mesjid dengan tatapan asing para jamaah bangladesh yang sedang asyik mengobrol di pelataran mesjid.....


kubuka sepatu sembari duduk dianak tangga depan mesjid yang berjumlah tiga, setelah melihat dan menemukan tempat wudlu yang terletak di samping kanan pintu masuk, kusegera menuju kesana, didepan pintu terlihat mesin tempat air minum. memasuki tempat wudlu yang didominasi warna putih terdapat delapan tempat duduk untuk mengambil air wudlu.. bismilahirrohman nirrohim ku mulai berwudlu..

tepat sebelah kanan terdapat beberapa jendela kecil putih bersih. segera kumasuki mesjid yang terdapat 4 tiang bulat besar ditengah-tengah mesjid, dengan jumlah 4 jendela besar didepan bangunan dan 4 jendela lebih kecil serta 3 jendela yang lebih besar disamping kanan dan kiri tampak serasi dengan bentuk bangunan ini.

dengan lantai yang ditutup karpet warna biru donker tua bermotip bintang banyak sungguh membuat mesjid ini begitu indahnya dikala ku sujud dalam sholat attahiyat mesjid yang kulakukan, setelah kulihat tak ada yang akan sholat ashar berjamaah kumulai niat untuk melaksanannya sendirian...

setelah mencuri-curi mengambil fhoto ku mulai melihat-lihat sekeliling bangunan bagian dalamnya, terlihat 8 rak Al Quran dan yang masing-masing raknya dipenuhi berbagai Quran serta buku bacaan mengenai muslim dengan berbagai bahasa, yang berwarna choklat di bingkai warna emas itu.

bangunan ibadah yang tediri dari dari 13 shaf dan masing-masing shafnya bisa digunakan oleh 30 orang jika sholat berjamaah dilakukan, terdapat juga lampu gantung ias berwarna perunggu tepat diatas bangunan berjumlah 8 buah dan juga 1 buah lampu besar dengan motif sama tepat dibawah kubah besar warna senada dengan bangunan. terdapat juga 2 buah jam bulat besar berwarna putih menempel tepat disamping kanan dan kiri tempat imam, dengan satu mihrab ditengahnya.

begitu selesai ku berjalan keluar mesjid sambil kucari apa nama dari mesjid ini, kulihat di pojok kanan bangunan satu menara tinggi menjunjung dengan terdapat bulan sabit diujung menara senada dengan kubahnya, kuberjalan untuk mencari apa nama dari mesjid ini tak juga keutemukan hingga ku berjalan disamping bangunan itu terdapat RS bernama Rasyid Centre lantas kusimpulkan mungkin mesjid ini bernama sama....



bangunan khas negara-negara arab itu telah kujumpai mungkin sekali dalam hidupku namun pesonanya membuatku makin terkagum-kagum atas keindahannya,, begitu indahnya....



kala senja di Al Rasyid road, April 24th 2010

Saturday, April 24, 2010

Fatima Marzouk Al Raysdan Mosque

Dengan langkah tergesa kumenuju arah barat meninggalkan mall of emirates ku lihat satu puncak menara menjunjung tinggi dikejauhan, dengan rasa sedikit lelah karena berjalan hampir 20 menit kudekati sebuah bangunan coklat berdiri dengan anggunnya seolah-olah wanita dewasa yang sedang menggoda...

kududuk dianak tangganya yang berjumlah 4 sambil melepas sepatuku, kulihat 5 pintu besar berwarna cokelat dengan masing-masing pintu terdiri dari dua daun pintu bergagang emas, kulihat karpet depan berwarna merah dengan pernak pernik bunga warna-warni yang serasi dan sepadan dengan nama wanita yang dimiliki oleh mesjid ini..

dengan pilar penyangga bulat depan berjumlah 6 buah sungguh sangat sepadan dengan warna coklat cerah menyerupai gading yang menjadi warna dominasi bangunan ini, mesjid yang terletak di jalan Al Barsha 1 persis berada 3 meter dari jalan layang al barsha dan kurang lebih berjarak 500 meter dari saraf DG Metro Station yang saat ini belum buka, dengan sebuah tangga landai berwarna putih bagi jamaah yang menggunakan kursi roda sungguh indah mesjid yang dibangun pada bulan 9 2007 atau bertepatan dengan bulan Ramadhan 1468 Hijriah...

terlihat satu kubah besar berwarna senada dengan dindingnya disamping sebelah kanannya terlihat satu menara menjulang tinggi dengan lambang bulan sabit disetiap puncak kubah dan menaranya.. sebelah kiri bangunan utama terdapat tempat sholat bagi wanita dan sebelah kirinya terdapat tempat wudlu yang begitu tertata dan sangat bersih, dengan 9 buah toilet berwarna putih bersih sungguh indah dipandang bersanding dengan tempat wudlu yang berkeramik merah gelap dan dengan wastapel warna putih bersih..

setelah mengambil wudlu ku berjalan dengan memperhatikan setiap sudut bangunan yang memang sangat dinamis ini, kumasuki pintu dan kuucapkan salam, sejuknya pendingin begitu kontras dengan suhu diluar yang memasuki musim panas, dengan 2 jam dinding bulat putih tepat disamping mimbar imam. kulihat karpet selaras dengan yang didepan menghampar menutupi seluruh lantai, dengan daya tampung sekitar 20 shaf dan setiap shaf nya berjumlah 35 orang sungguh demikian besarnya mesjid ini.

kumulai sholat atthakhiyat mesjid dan mulai kuperhatikan rak-rak Al Quran yang berjumlah 9 rak didepan dan 9 rak masing-masing disisi kanan dan kiri, ternyata dibelakang terdapat 1 jam serupa tepat diatas pintu utama, dengan imam lokal yang sungguh begitu menawan bacaannya begitu membuatku tak mau lekas selesai sholat magrib kala itu, dengan makmum kebanyakan orang bangladesh terlihat dengan bajunya terdapat juga sopir taksi ataupun polisi.

kenapa dinamakan mesjid fatimah dan kenapa nama wanita yang dipilih untuk nama mesjid ini, perlu beberapa penilitian lebih lanjut tentang itu.. namun satu hal yang pasti kesejukan dan keanggunan bangunan ini sungguh telah membuatku seolah berada dalam pelukan ibu dikala kecil dahulu.... semoga dilain waktu ku bisa bersujud syukur dan sholat dalam naungan bangunan indah itu....


Al Barsha Dubai, April 24th 2010.

Thursday, April 22, 2010

Dekapan Sahara Di Hari Kartini



Pukul 8 pagi kudengar kabar kawan-kawan Nepalku berencana berangkat ke desert safari, ku ambil seratus dirham dan kupastikan namaku masuk dalam rombongan itu, konfirmasiku diterima pukul 16.30 keberangkatan disusun.

Tepat pukul 14.30 tugas Saffron selesai, briefing & training membuatku cemas akan tertundanya kepulanganku.... dalam hati aku berfikir bagaimana caranya agar dapat kuraih bus pukul 15.30 dan keluar dari atlantis.

15.15 waktu setempat briefing serta diskusi dalam restaurant masih saja berlanjut membuaku takut jadwal kepulangan tertunda yang mengakibatkan gagalnya ku turut serta dalam petualangan sahara, akhirnya waktu menunjukan tepat 15.20 dengan tergesa-gesa kubergegas sign out segera mengganti seragam kerja 15.28 duduk manis dalam bus yang telah akan beranjak pergi berangkat ke International city akomodasiku. Telephone Las Lama sahabat Nepalku memberitahukan dengan nada cemas kan keikut sertaanku bahwa seluruh rombongan telah siap di W-05 Russia International City berikut Jeep yang akan membawa kita.

Jam menunjukan 16.07 bus yang tiba segera setelah itu kuberlari menuju W-18 216 untuk meraih nikon D 90 18-105KR tak lupa kuraih Sony Cyber shot DSC-S750 pocket 7.2 mega pixels menggantungkannya di pinggang jeans biru belel yang kukenakan dan mengganti Liberty hitam dengan Ecco coklat sepatu petualangan kesukaanku, berkali-kali red lama memaksaku supaya bersegera bergabung ke tempat yang telah disebutkannya kali ini dengan nada yang sedikit penuh tekanan, kubilang akan segera datang dengan kamera dan bersiap untuk berpetualang....

16.20 kujumpai para sahabatku yang telah siap dalam jeep dengan sang sopir seorang philipina mulai menghidupkan mesin mobil setelah pegawai personali hotel menulis semua nama rombongan segera meluncur kearah timur Madam Road Hatta suatu daerah pinggiran perbatasan Dubai dan Oman, Tujuh Orang tambah sopir bergembira dalam jeep putih Offroad Adventure Arabia (Aku, Las Lama, Keshab, Joner, Rakesh Lama, Binot Basnet, Nuwak Mukarung Kirati )

16.49 kita tiba di sebuah pagar kawat perbatasan antara pegunungan batu dan hamparan pasir yang masih terdapat jalur aspal mulus kala sopir memeriksa tekanan angin ban kendaraan yang kita gunakan waktu untuk berphoto ria, mobil siap pasang sabuk pengaman kitapun mulai memasuki daerah gurun sahara yang selama ini begitu kudambakan....

Petualangan dimulai dimana matahari begitu menyengat seolah-olah tidak ada air conditioner dalam kendaraan roda empat ini, 17.30 kita masih asyik terkagum-kagum akan berpetualang dalam mobil yang terkadang meluncur diatas pasir, mengguncang semua penumpang... menaiki bukit-bukit terjal dan menghadirkan suasana yang begitu tegang. Tiba ditengah hamparan gurun kita lihat lalu lalang unta bebas dan tampak satupun tumbuhan berdiri disini.

Mobil masih terus menggilas pasir yang terkadang menyembur kekaca samping kendaraan akibat gilasannya membuat kita berteriak merasakan sensasi yang hadir. terkadang kita merasa jeep terlontar keatas melambung begitu tinggi lalu dengan sangat cepat jatuh terjun ke curaman pasir yang begitu tajam dilain waktu tiba-tiba mobil bergerak kesamping tanpa bisa dikendalikan hanya sekian detik segera setelahnya merasuk masuk kedalam kubah lekukan pasir berwarna cerah membanting setir dan dengan cepat meluncur pergi menghantam tantanga berikutnya hingga kita rasakan mobil oleng dan kita berhenti karena ban mobil bocor.

17.45 matahari masih terik kita keluar guna mengganti ban, sopir sigap cekatan mempersiapkan seluruh peralatan dan bersiap memperbaiki masalah, kita berphoto ria mengagumi keagungan sahara yang begitu mempesonakan mata, tanpa memperdulikan dekapan angin gurun yang demikian ganas kita tetap bergembira, hingga 18.01 matahari seolah-olah bergerak meredup siap-siap beranjak karena tugasnya hampir selesai. Ban mobil belum juga selesai karena ternyata pompa yang ada juga rusak tak dapat digunakan.

berbekal pengalaman petualangan yang demikian hebat diantara keringat sang sopir bergerak cepat mengambil udara dari setiap ban yang tersisa untuk memenuhi udara yang diharapkan sesuai standar perjalanan kedalam ban pengganti yang disiapkan mampu digunakan. Kita mulai khawatir akankah kemalaman disini tengah gurun yang begitu senyap tanpa kehidupan, satu hal yang kita sadar kini ternyata air minum tak ada dan lupa kita bawa dalam perbekalan kita....

Begitu banyaknya jeep yang melintasi rombongan kita tetapi begitu saratnya penumpang dalam setiap jeep yang lalu lalang tak akan bisa membawa kita untuk menumpang di salah satu jeep itu. 18.15 dengan angin ban seadanya dibawah standar umum perjalanan kita bergerak dibawah terik sang senja yang masih saja ganas menuju ke markas adventure arabia yang ternyata masih jauh hingga tiba disana disaat matahari benar-benar tak tampak lagi, terlihat suasana senja dipinggiran sahara lagi-lagi begitu berbeda senasinya..... lembayung senja yang sedikit hangat serta menampakan cahaya kemilau membuat kita larut dengan petualangan menaiki moto trex pasir dan mengendalikan hewan klasik unta diatas punggungya yang menulang tinggi....

Ya Tuhan ku begitu mencintai gurun sahara ini....

tiba di dalam benteng camp adventure yang disediakan bagi semua petualang dessert safari oleh pemerintah Dubai dalam keadaan lapar dan begitu haus membuatku takjub melihat makanan buffet khas yang menyajikan makanan arab dan international, berbagai sajian yang menggugah selera terdapat dalam barisan 10 buffet berderet rapi itu di iringi senyuman berkembang santun pegawai berdisdas lokal dimana kita bisa melahapnya secara percuma...

sekitar 17 jeep berbaris rapi dan begitu banyaknya nasionality disana menyantap hidangan secara bersemangat dan berkumpul akrab saling bercengkrama dengan harmonis. 20 menit setelah melahap hidangan kemudian lampu-lampu yang ada meredup dan alunan musik khas padang pasir membahana tinggi di sertai masuknya seorang penari perut khas wanita arab, dengan indahnya dia menari meliukkan perutnya yang cantik dan menggoda semua yang hadir disana, yang duduk lesehan diantara panggung besar.....

terkadang liukkan tubuhnya begitu cepat, melenggok indah dengan disertai kibaran rambut pirang panjang, terkdang berlari kesetiap sudut panggung tanpa lelah meskipun kucuran keringat mulai tampak dan segera menampilkan gemerlap-gemerlap basah yang diterpa cahaya remang sungguh telah membuatnya tampil sebagai sosok wanita khas arab yang bersensasi mempesona dan istimewa dalam setiap relung hati naluri lelaki dewasa....

19.00 tarian perut berakhir disertai rasa takjub dari semua mata pengunjung kitapun segera ambil makanan penutup dari sebelah kanan sisi panggung yang di berikan oleh 2 pemuda berpakain lokal lalu menuju sudut lainnya guna berphoto ria menggunakan disdas yaitu pakaian istimewa lelaki arab yang dilanjutkan dengan menuju sudut lainnya dan duduk diatas kursi sederhana untuk menikmati berbagai pilihan rasa sisha yang disediakan.....

19.30 malam semakin larut namun ku masih melanjutkan keliling sebentar berjalan-jalan sekitar kamp untuk melihat dan terus merasakan suasana akrab yang ditawarkan dalam base camp ini dan berikutnya siap-siap diri untuk menuju jeep yang segera akan bergerak pulang meninggalkan suasana pertualangan yang demikian hebat kamp ini tepat pada pukul 19.00 waktu UAE...

Ya Tuhan sang pemilik Keindahan, petualangan ini begitu menggairahkan jiwa petualangku, dimana tak terpikirkan olehku sebelumnya sensasi yang kurasakan tadi disaat-saat memulai dengan waktu yang terpikirkan dan benar-benar sangat terdesak, saat-saat tiba-tiba ban mobil yang kehabisan angin karena bocor dan telah kulupakan saat ini tertutup indahnya petualangan begitu gersang dan panasnya suasana sahara terkubur suasana senja akrab dan begitu mengesankan di dalam kamp yang sangat mempesonakanku serta dengan mudahnya kulupakan peristiwa pecahnya ban tadi....

tepukan senja di alam sahara yang telah larut kuhadirkan bagi semua yang terlibat asyik dalam petualanganku kali ini menjadikannya kenangan yang tak akan terlupakan....diantara hari ini dimana bangsaku mengenangnya sebagai hari pemberdayaan kaum wanita yang biasa disebut Kartini aku masih disini dimana kaum wanita dibalik cadar hitamnya bergerak bebas hanya sebatas abaya yang menutupinya tetapi hati dan pikirannya tak bebas dan selamanya berdiri di bawah kekuasaan kaum prianya yang notabene menguasai seluruh hidupnya... kaum wanita yang lembut itu selalu termanggut menuruti perintah dari kaum lelaki yang menjadi penguasanya dan kalangan yang berkuasa selamanya membuat pengaruh tradisional itu terpelihara guna melanggengkan keuasaan yang sangat disenanginya... pada akhirnya ku berfikir ternyata bangsaku masih jauh lebih baik dibanding negara ini dalam hal pemberdayaan kaum kartini nya walaupun kedua negara ini sama-sama mayoritas muslim....


Hatta, April 21 2010