Monday, July 12, 2010

untuk ayahanda

Ini adalah cerita tentang hidupku dan keluargaku, aku terlahir dari keluarga yang broken home, ayah dan ibuku bercerai ketika aku masih balita. Sejak itu aku tinggal bersama ibu dan nenekku, hingga akhirnya ibu menikah lagi dan dikaruniai 3 orang anak dari perkawinannya. Walaupun mereka bukan adik kandung (1 ayah) tapi aku sangat menyayanginya. Demikian juga ayah, ayahku sudah menikah lagi dan aku dirawat oleh nenek.

Nenek teramat sayang padaku, semua kebutuhan hidupku dia yang menanggung karena dia mempunyai usaha toko material untuk menghidupi aku. Waktu kecil aku tak pernah merasa kekurangan materi, tapi aku merasa kekurangan kasih sayang dari orang tuaku. Walaupun aku terlahir bukan dari keluarga yang sempurna (ayah dan ibuku bercerai) tapi aku selalu bersyukur masih banyak orang yang sayang dan peduli terhadapku termasuk ibu, nenek, keluarga dari ibu, dan teman- temanku.

Sejak kecil hingga kini aku tak pernah tahu kasih sayang dan perhatian seorang ayah itu seperti apa, walaupun kini aku mempunyai pengganti seorang ayah (ayah tiri) tapi kasih sayang yang kudapat biasa saja tidak seperti dia menyayangi anak-anaknya.

Sejak kecil hingga kini ayah kandungku tidak pernah memberikan nafkah lahir maupun batin. Dulu semasa kecil aku membenci dia karena dia tidak ada tanggung jawab untuk menafkahi anaknya sendiri, karena dia hidupku terasa tidak sempurna, karena aku tak pernah merasakan perhatian dan kasih sayang dari seorang ayah.

Tapi kini seiring berjalannya waktu, hingga sudah mulai dewasa, aku sudah tidak peduli soal itu. Aku sudah memaafkan dan berusaha untuk menerima jalan hidupku yang seperti ini. Walau bagaimana pun dia adalah ayahku, tanpa dia mungkin aku tak ada di dunia ini.

Oleh karena perceraian kedua orang tuaku, hubungan silaturahmi aku dengan Ayah dan keluarga dari ayahku menjadi terputus. Bahkan aku tak mengenali saudara-saudaraku sendiri (saudara dari pihak ayah).

Dari kecil ibu tidak mendekatkan aku dengan keluarga ayah, mungkin dia masih sakit hati karena ayah menelantarkan aku. Ayah sendiri juga tidak ada usaha untuk dekat dengan aku. Sungguh tragis memang, kita hidup dalam 1 kota tapi sampai sekarang pun jangankan sering bertemu, komunikasi pun tak ada.

Ketika aku sudah lulus SMA, usaha nenek bangkrut dan sudah tidak bisa lagi membiayai hidupku. Akhirnya setelah lulus sekolah aku memilih untuk mencari pekerjaan, padahal sesungguhnya aku ingin sekali melanjutkan kuliah. Aku tidak mau membebankan biaya sekolahku kepada ibuku karena beban hidup dia juga banyak.

Di keluarga barunya dia mempunyai 3 orang anak dan semuanya masih sekolah sedangkan ibuku hidupnya pas-pasan. Syukur Alhamdulilah Tuhan memberikan jalan rejeki untukku, walaupun tak ada yang memberiku nafkah tapi aku diberikan kemudahan dalam mencari pekerjaan. Dari mulai buruh pabrik, SPG, Staff Administrasi hingga pekerjaanku yang sekarang adalah Customer Service di perusahaan provider telekomunikasi. Dengan uang yang aku kumpulkan akhirnya aku bisa melanjutkan kuliah dengan uang dan jerih payah sendiri, dan mengubah hidupku menjadi mandiri.

Tidak semua orang yang lahir dari keluarga broken home itu hidupnya hancur dan menjadi orang yang tidak baik. Justru hikmah yang aku ambil dari semua ini membuat hidupku lebih mandiri dan lebih bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan. Tak perlu menoleh ke belakang untuk melihat masa lalu, tapi menataplah ke depan untuk memulai masa depan. Masa lalu diibaratkan sebagai jembatan untuk melangkah ke masa depan agar menjadikan hidup yang lebih baik lagi. semoga cerita ini menjadi inspirasi untuk kita semua.

Pesan buat Ayah : Ayah, seandainya kau tahu betapa aku sangat menyayangimu. Walau pun tak pernah terucap dari bibirku dan tak pernah kau rasa, hanya doa yang bisa aku berikan. Semoga kau diberi kesehatan dan kebahagiaan. Amin

No comments:

Post a Comment