Friday, August 26, 2011

Saatnya Pramuka Direvitalisasi

diambil dari kompas mengenai wacana tentang revitalisasi pramuka..emmmm boleh juga wacan tersebut.


Rabu, 24 Agustus 2011 | 04:26 WIB
Dibaca: 43Komentar: 0| Share:1
Oleh Ester Lince Napitupulu

Pramuka Indonesia sangat diperhitungkan dunia. Bayangkan saja, dari sekitar 40 juta anggota Pramuka di 161 negara yang tergabung dalam Organisasi Dunia Gerakan Pramuka (World Organization of the Scout Movement), sekitar 22 juta orang atau sekitar 55 persennya ada di Indonesia!

Jumlah Pramuka di Indonesia sedemikian besar karena keanggotaannya bersifat wajib di sejumlah sekolah. Namun, jumlah yang besar saja tidak lantas membuat Indonesia harus cepat berpuas diri. Tantangan terbesar justru meningkatkan peran Pramuka yang tahun 2011 ini berusia 50 tahun, untuk meningkatkan perannya dalam pendidikan generasi muda bangsa.

Pramuka juga menghadapi tantangan berat, antara lain, harus senantiasa menarik bagi kalangan kaum muda. Pasalnya, secara jujur harus diakui, kesan yang muncul selama ini, Pramuka identik dengan kegiatan bernyanyi bersama, tepuk tangan, kegiatan baris-berbaris, latihan tali temali, dan sebagainya.

”Padahal kegiatan Pramuka lebih dari itu. Pramuka adalah wadah ideal untuk mendidik karakter generasi muda,” kata Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Azrul Azwar.

Budi Hartono, pembina Pramuka di Pangkalan SMPN 14 Bandung, yang dijumpai di acara Jambore Pramuka Dunia di Swedia, mengatakan, tantangan lainnya adalah membuat Pramuka menarik minat kalangan muda. Ia mengambil contoh, ketika menjadi kegiatan wajib bagi siswa kelas VII, Pramuka diikuti sekitar 300 siswa. Namun, ketika siswa naik kelas VIII dan boleh mengikuti kegiatan ekstra kurikuler lain, peserta Pramuka tinggal 50 orang.

Pentingnya revitalisasi

Untuk meningkatkan kualitas Gerakan Pramuka, sejak 2006 dicanangkan Revitalisasi Pramuka dan hingga kini terus berjalan. Berbagai langkah peningkatan kualitas Gerakan Pramuka dilakukan, baik di tingkat kwartir ranting, daerah, dan nasional, maupun di sekitar 230.000 gugus depan (gudep).

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Azrul Azwar merasa optimistis Pramuka Indonesia dapat kembali menghadirkan pendidikan luar sekolah yang bermakna bagi generasi muda bangsa. Adanya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, memberi landasan yuridis untuk merevitalisasi Pramuka dan menghidupkan pendidikan Pramuka di tingkat satuan pendidikan serta komunitas.

Dalam pandangan Azrul, pendidikan Pramuka bagi anak-anak sekolah itu jangan wajib atau dipaksakan bagi semua anak. ”Kebijakan seperti ini yang membuat pendidikan Pramuka di sekolah gagal. Pasalnya, Pramuka itu dasarnya adalah sukarela. Memang tidak semua anak harus menjadi Pramuka. Akan tetapi, semangat kepramukaan harus ada dalam diri setiap anak,” kata Azrul. Semangat kepramukaan itu, antara lain, kejujuran, kerja sama, saling menolong, dan kemandirian.

Menurut Azrul, pembenahan utama untuk menghidupkan dan mengembangkan pendidikan pramuka adalah dengan memperbaiki gugus depan di sekolah-sekolah.

Hal lain yang penting, kata Azrul, dukungan pendanaan pendidikan Pramuka di sekolah diharapkan bisa juga diambil dari dana bantuan operasional sekolah (BOS).

Sempat dihentikan

Gerakan Pramuka Indonesia memang sempat surut, terutama di awal bergulirnya Era Reformasi. Berdasarkan penjelasan dalam buku 50 Tahun Gerakan Pramuka yang diterbitkan Kwarnas Gerakan Pramuka, pada tahun 1998-2003 bantuan pemerintah untuk Pramuka dihentikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Seretnya dana dan lemahnya dukungan pemerintah saat itu menjadi masa yang berat bagi Pramuka Indonesia. Terpaksa, Indonesia yang tadinya masuk dalam dua organisasi Pramuka dunia, yakni World Organization of the Scout Movement (WSOM) untuk Pramuka putra dan World Association of Girl Guide and Girl Scout untuk pramuka putri harus memilih salah satu saja. Indonesia menjadi anggota WSOM yang terbuka untuk Pramuka putra dan putri.

Padahal di era kemerdekaan hingga Orde Baru, peran Pramuka Indonesia menonjol bukan saja di dalam negeri, melainkan juga di dunia internasional. Pada tahun 1972, Gerakan Pramuka Indonesia yang dibarui menjadi contoh luar negeri. Pramuka Indonesia bisa masuk sampai ke desa-desa.

Pidato Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Kwartir Nasional di Konferensi Kepramukaan Sedunia tahun 1971 mengajak organisasi kepanduan terlibat dalam pembangunan masyarakat. Pidato ini jadi arah baru bagi pembinaan kepanduan seluruh dunia untuk turun ke masyarakat.

Tokoh-tokoh Pramuka Indonesia juga mendapat penghargaan tertinggi kepramukaan internasional bronze wolf award dari WSOM. Mereka adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Azis Saleh, Mashudi, dan Liem Beng Kiat.

Ketua Komite Pramuka Dunia Simon Rhee dalam sambutannya saat hadir dalam acara Indonesia Day di ajang Jambore Pramuka Dunia ke-22 di Swedia, beberapa waktu lalu, berharap Indonesia yang memiliki anggota Pramuka terbanyak di dunia dapat menunjukkan kepemimpinan yang kuat di dunia dalam banyak hal. ”Kami akan membantu keinginan Gerakan Pramuka untuk meningkatkan kualitas gerakan Pramuka di Indonesia,” ujar Simon.

No comments:

Post a Comment