Saturday, June 12, 2010

Che Guavara Penderita Asma

Dr Samsuridjal Djauzi

Anak laki-laki saya sekarang berumur 13 tahun. Sejak kecil dia menderita asma. Sebelum usia sekolah, serangan asma dapat mencapai dua sampai tiga kali sebulan. Bahkan pernah pada waktu kelas II SD dia harus dirawat di rumah sakit. Namun dengan bertambah usia, serangan asmanya menjadi jarang. Biasanya hanya satu kali dalam dua sampai tiga bulan.

Dokter anak memberikan obat yang berlainan. Dulu diberikan obat campuran dalam bentuk puyer atau kapsul, tetapi sekarang diberikan obat asma bentuk hirupan. Semula saya menyangka obat asma hirupan merupakan obat keras dan banyak efek samping. Ternyata tidak. Dengan obat hirupan asma ini, dia merasa lebih nyaman. Obat dapat dibawa-bawa dan sekarang dia sudah hampir tak pernah tidak masuk sekolah karena serangan asma.

Selain obat hirupan yang digunakan melalui mulut, dia juga harus memakai obat semprot hidung untuk rinitis alerginya. Memang gejala rinitis alergi anak saya cukup mengganggu. Pagi hari bangun tidur dia bersin berkali-kali, kemudian hidungnya berair dan baru akan mereda setelah pukul sepuluh siang. Setelah menggunakan obat semprot hidung, gejala rinitisnya berkurang. Dengan demikian, dua masalah, yaitu asma dan rinitis alergi, sekarang ini dapat diatasi.

Prestasi belajarnya juga mulai membaik sejak dia tak terganggu oleh kedua penyakit ini. Sekarang dia dapat bersekolah dan bermain tanpa gangguan asma maupun rinitis alerginya. Anak saya senang berenang, tetapi selama ini saya melarang dia berenang karena saya khawatir tak baik bagi alergi dan asmanya. Melihat keadaan penyakitnya yang sekarang sudah tenang, apakah boleh dia berenang. Apakah nanti pilek alergi dan asmanya akan kambuh. Saya ingin melihat anak saya bermain dan tumbuh seperti anak lain tanpa terlalu banyak pembatasan, tetapi di pihak lain saya khawatir penyakit asma dan pilek alerginya akan kumat kembali.

M di B

Jawaban:

Pilek alergi (dalam istilah kedokteran disebut rinitis alergi) merupakan penyakit yang sering dijumpai di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, menunjukkan bahwa sekitar 20 persen populasi yang diteliti pernah mengalami rinitis alergi. Sementara penyakit asma meski juga sering ditemukan tetapi kekerapannya lebih rendah, sekitar 5 persen.

Namun, antara pilek alergi dan asma sebenarnya terdapat hubungan yang erat. Sebagian penderita pilek alergi jika diteliti lebih lanjut sebenarnya juga menderita asma. Sebaliknya pada penderita asma jika diteliti sebagian juga ternyata menderita pilek alergi. Kedua penyakit ini didasari oleh hal yang sama, yaitu proses radang di saluran napas. Karena itulah pengobatan pilek alergi maupun asma memerlukan obat antiradang yang biasanya adalah obat golongan steroid yang bersifat lokal. Seperti yang dialami oleh anak Anda, pengobatan rinitis alergi dan asma secara bersamaan akan memberi hasil yang baik. Artinya, penderita asma yang rinitis alerginya tak diobati dengan baik hasil pengobatannya kurang baik.

Memang sejak pemahaman kalangan kedokteran mengenai penyakit rinitis alergi dan asma penggunaan obat steroid yang dihirup atau disemprotkan menjadi lebih banyak. Obat tersebut bersifat lokal, langsung berefek di tempat yang dibutuhkan dan kurang menimbulkan gejala sistemik sehingga efek samping steroid yang dikhawatirkan risiko terjadinya amat berkurang.

Seperti diketahui, jika steroid digunakan secara sistemik (misalnya melalui tablet atau suntikan) dalam jangka panjang, dapat berisiko menimbulkan peningkatan gula darah, peninggian tekanan darah, juga menimbulkan katarak. Sayangnya obat steroid lokal baik yang berbentuk hirupan atau semprot masih agak mahal.

Che Guevara

Di luar negeri obat ini sudah digunakan sebagai standar terapi. Di Indonesia, asuransi kesehatan pegawai negeri juga telah menggunakannya sebagai obat standar. Sebenarnya penderita asma yang dapat dikendalikan secara total dapat hidup sebagaimana layaknya bukan penderita asma. Dalam pertandingan olimpiade misalnya, juara renangnya ada yang menderita asma. Ini menunjukkan bahwa jika pengobatan baik bukan saja penderita asma dapat berolahraga, tetapi juga mampu mencapai prestasi yang gemilang.

Salah seorang idola remaja, Che Guevara, ternyata juga penderita asma. Dia menjadi dokter dengan spesialisasi alergi dan dikenal sebagai pemain rugbi yang andal. Nah, dari kedua contoh ini dapat disimpulkan bahwa penderita asma dapat menikmati kualitas hidup yang baik tanpa terganggu oleh keterbatasan.

Namun untuk mencapai pengendalian total ini perlu kerja sama antara dokter dan penderita atau keluarganya. Sekarang tersedia alat ukur yang sederhana berupa sistem skor yang dapat digunakan oleh penderita untuk menilai sendiri derajat pengendalian asmanya. Ada beberapa pertanyaan yang dapat dijawabnya sendiri. Melalui jawaban tersebut akan dihitung skor yang diperolehnya. Makin tinggi skor, makin baik. Ketika berkonsultasi ke dokter, penilaian tersebut dapat ditunjukkan untuk dilakukan penilaian ulang. Nah, pencapaian yang diinginkan adalah pengendalian total.

Memang tidak mudah mencapai pengendalian asma secara total. Namun dengan kerja sama yang baik antara dokter dan pasien, banyak yang berhasil mencapainya. Keuntungan mencapai pengendalian total ini adalah kualitas hidup yang meningkat. Penderita asma dapat mengikuti berbagai kegiatan yang selama ini tak dapat diikutinya tanpa terganggu oleh serangan asma.

Jadi, Anda tak perlu merasa terlalu khawatir mengizinkan anak Anda untuk berenang. Bahkan sebenarnya olahraga renang dianjurkan bagi penderita asma. Kelembaban udara di atas kolam merupakan lingkungan yang baik untuk penderita asma. Hanya saja jangan lupa penderita harus menggunakan obat asmanya secara teratur.

Dokter akan menganjurkan penurunan atau peningkatan dosis obat sesuai dengan skor pengendalian asmanya. Nah, mudah-mudahan anak Anda dapat menikmati masa anak-anaknya dan mencapai prestasi belajar yang baik.

No comments:

Post a Comment